Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, waktu malam pertama Mama' dirawat di Rumah Sakit, beliau ditempatkan di ruang rawat inap kelas 2 karena ruang rawat inap penyakit dalam kelas 1 sudah penuh. Besoknya baru dipindah ke kelas 1.
Nah di malam pertama itulah, waktu Mama' sekamar dengan seorang pasien wanita lain yang menderita darah tinggi (hipertensi), kami bertemu dengan anak gadis ramah sebaya Isna, keponakan sepupu ipar saya. Dia yang menjaga ibu yang hipertensi tersebut. Belakangan kami mengenalnya dengan panggilan Kocek.
Sebenarnya kenalannya tidak pakai acara kenalan sih. Cuma bertukar senyum dan tegur sapa. Justru Bapak saya lah yang pertama kali mengajaknya ngobrol di pagi hari pertama. Rupa-rupanya gadis itu berasal dari Meliau, tempat yang familiar bagi Bapak. Mungkin karena bahasanya nyambung, sih. Saya pernah mengajaknya bicara tapi terhenti karena roaming gara-gara saya tidak paham dengan cara bicaranya yang cepat. Saya keturunan Dayak, tapi karena di rumah lebih sering berbahasa Melayu (kebanyakan melayu berdomisili di hilir), jadi kadang agak bingung kalau diajak bicara hulu, apalagi dengan mode cepat. *ngeles
Setelah pindah ruangan, kami masih sering bertemu dengan Kocek. Saya pernah ngobrol singkat dengannya waktu mengantri mengambil obat di instalasi farmasi. Sementara Isna mengobrol dengannya di ruang tunggu dekat meja perawat waktu internetan menyicil tugas kuliahnya. Yah walaupun yang satu berbahasa khas daerah hulu dan yang satu berbahasa khas daerah hilir, mereka bisa nyambung juga walaupun roaming. Hhihi.
Belakangan kami baru tahu kalau Kocek mualaf. Dari daerah asal dan wajahnya kami sudah mengira sih, kalau ia asli Dayak, tapi untuk agama Islam kami baru tahu. Kocek sering main ke kamar inap Mama'. Kalau masuk, ia akan mengucapkan salam, Assalamualaikum dengan nada yang khas dan suara yang nyaring setengah berteriak. Kadang terganggu sih, terutama kalau Mama' sedang tidur. Eh tapi kalau sekarang kami tertawa mengingatnya. Apalagi Isna sering meniru nada salamnya Kocek yang mirip gaya salamnya Upin-Ipin. Ah, ada-ada saja si Kocek. ^^
Fakta lain yang menarik dari Kocek adalah tentang nama aslinya. Isna yang memberi tahu saya kalau Kocek bercerita kalau nama aslinya adalah Maina Safaryani. Nah loh, bagus kok namanya. Kok jadi dipanggil Kocek?
Rupanya Kocek mengaku tidak suka dipanggil Maina. Ia juga keberatan dipanggil Safar karena jadi terdengar seperti lelaki. Untuk Ani atau Yani, mungkin karena terlalu umum jadi ia juga mengaku tidak suka. Ia lebih suka dipanggil Kocek. Begitu katanya.
Kami yang mendengar cerita dari Isna merasa agak lucu. Bukannya kocek malah terdengar lebih aneh daripada Maina, Safar, maupun Yani? Kocek kan artinya saku..
Nama panggilan kocek memang aneh, tapi setelah tahu saya malah jadi malu sendiri, ternyata pengetahuan saya cemen sekali. Waktu akan pulang dari rumah sakit, saya baru tahu dari Bapak kalau rupanya kata kocek (yang kita tahu berarti "saku") memiliki arti yang tidak aneh dalam bahasa daerah Meliau dan sekitarnya. Kocek adalah nama panggilan umum yang berarti "kecil", serupa dengan panggilan di budaya Melayu, "Kaccik" yang artinya sebelas dua belas dengan "Kocek", Kecil. Sedikit banyak, ini mengajarkan saya sesuatu: yang menertawakan kadang tidak terlalu banyak tahu. Hehe *tutup muka
Gitu deh sedikit kenangan singkat tentang seorang gadis yang sering dipanggil Kocek. Kalau di daerah teman-teman sendiri, punya panggilan yang terdengar aneh di bahasa Indonesia, tidak? Bagi cerita yaa, supaya saya lebih banyak tahu. Terima kasih ^^