12.28.2015

Front of the Class [Movie]

Berhubung di akhir pekan ini tidak banyak jalan-jalan, kali ini saya mau mengulas salah satu film favorit saya saja. Judulnya Front of the Class. Ya, ya, ya, ini memang film lama, produksi tahun 2008. Jadul, hihi. Tak apa lah ya. Namanya juga review film bagus, bukan review film terbaru.. *mulai ngeles, hhihi



Film Front of the Class mengisahkan perjalanan kehidupan seorang anak lelaki, bernama Bradley Cohen, yang menderita penyakit aneh sejak usianya 6 tahun. Brad sering mengeluarkan suara aneh atau menggerakkan tubuhnya secara tiba-tiba. Sangat aneh. Karena tingkahnya yang aneh tersebut, ia sering ditolak dalam lingkungannya. Oleh teman-temannya, ia di-bully secara verbal maupun fisik. Oleh gurunya, ia sering dihukum karena perilakunya dianggap mengganggu ketenangan kelas dan mempengaruhi konsentrasi teman sekelas dan guru ketika kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Belum lagi ketika harus mengunjungi tempat umum yang mengutamakan ketenangan seperti bioskop atau perpustakaan, ia sering diusir karena alasan yang serupa. Bahkan Brad juga dianggap biang kerok kegaduhan, tidak disiplin, pengacau, dan sulit diatur oleh ayahnya sendiri.

Sepertinya hanya ibunya yang berusaha memahaminya, walaupun ibunya sendiri dalam kebingungan karena tidak ada penjelasan yang memuaskan dari dokter yang memeriksa Brad, selain "tidak bisa menerima perceraian kedua orang tuanya". Padahal Brad sendiri mengaku dengan jujur bahwa bukan itu masalahnya. Dia hanya tidak dapat mengendalikannya. Itu saja. Untunglah Ibu Brad percaya kepadanya. Beliau pun mencari tahu lewat buku-buku kesehatan, dan setelah dikonfirmasi kepada dokter yang memeriksanya, barulah disimpulkan bahwa ternyata Brad positif menderita sindrom tourette atau Tourette Syndrome (disingkat TS).

Sekilas info. TS adalah kelainan neuropsikiatrik (gangguan pada jaringan saraf) yang menyebabkan penderitanya mengeluarkan suara dan melakukan gerakan tiba-tiba yang tidak dapat dikendalikan; seperti mengeluarkan suara-suara aneh, berteriak, terbatuk, berkedut, dan sebagainya. Gejalanya semakin parah jika penderita berada di bawah tekanan atau sedang stres. Meskipun demikian, kelainan ini tidak mempengaruhi kecerdasan dan harapan hidup. Faktor genetik dan lingkungan diperkirakan mempengaruhi kemunculan TS, namun penyebab pasti masih belum diketahui. Sampai saat ini, belum ada obat yang bisa memulihkan penderita TS, namun dengan penanganan obat dan terapi dapat dicoba. (sumber: wikipedia)

Baiklah, kembali ke filmnya..

Mengetahui bahwa ia tidak aneh atau gila, Brad belajar menerima dirinya sendiri. Ia berhenti berusaha menjadi orang normal, karena kenyataannya ia memang tidak normal seperti kebanyakan orang. Pasca pertemuan dengan komunitas penderita TS yang mematahkan hati dan tidak memuaskan, ia justru bertekad untuk tidak kalah dengan "sahabat setia"nya yang berinisial TS itu. Brad tumbuh jadi seorang yang positif atas dukungan penuh dari ibunya. Ia tetap akur dengan saudaranya, Jeff, dan hubungannya dengan ayahnya membaik.

Di sisi lain, walaupun Brad telah menerima dirinya, kebanyakan orang di sekitarnya masih belum bisa menerima keganjilan perilakunya. Penolakan demi penolakan karena TS yang dideritanya terus berlangsung sampai ia dewasa. Banyak yang mengecilkan kepercayaan diri Brad yang sangat ingin menjadi seorang guru, termasuk ayahnya.

Hubungan Brad dengan ayahnya memang kompleks. Sejak mengetahui kenyataan bahwa Brad mengidap TS, ayah Brad sudah menerima Brad apa adanya, tapi tidak benar-benar percaya bahwa cita-cita anaknya akan terwujud. Beberapa kali ayahnya dengan tulus menawarkan pekerjaan lain yang "lebih masuk akal daripada ide menjadi guru" kepada Brad, dan itu justru membuat Brad berang dan kehilangan kepercayaan diri. Untungnya Brad seorang yang sangat positif, ia justru berusaha lebih keras daripada sebelumnya. Perlu waktu dan usaha ekstra sampai kerja kerasnya membuahkan hasil. Dan banyak hal yang tak terduga olehnya, yang akhirnya ia dapatkan.

Okey, kalau dilihat lagi, film drama ini memang cenderung tidak memberi kejutan-kejutan luar biasa bagi penonton, seperti kebanyakan film drama lain. Tapi film ini menarik dan sangat saya rekomendasikan. Sifat film ini lebih pada memberi motivasi dan semangat lewat berbagai adegan menyentuh yang penuh hikmah. Apalagi waktu Heather...

Bagian terbaiknya adalah, ternyata film ini diangkat dari novel berjudul Front of the Class: How Tourette Syndrome Made Me The Teacher I Never Had yang ditulis oleh Brad Cohen (writer) dan Lisa Wysocky (co-writer). Yap, Brad Cohen yang TS di film ini bukan sekadar tokoh fiktif tapi benar-benar ada. Brad Cohen benar-benar mengidap TS, benar-benar berusaha, dan benar-benar menjadi guru! Wow, salut!

Kisah nyata kehidupan seorang Brad Cohen ini mengajarkan kita, salah satunya, untuk bersemangat dan menerima diri sendiri dengan segala kekurangan. Di sisi lain, kita harus belajar memahami orang lain dan tidak terlalu mudah mencap orang lain aneh hanya karena orang itu berbeda. Sudut pandang ini penting untuk menumbuhkan empati, yang belakangan ini sering kita abaikan.

Baiklah, sepertinya cukup sekian. Ternyata tulisan ini panjang juga, hhihi.. Buat yang belum nonton, silakan nikmati film ini bersama keluarga yaa teman-teman. Salaam!