Setelah jalan-jalan melihat pameran sore kemarin, malamnya saya diajak suami makan mie ramen. Kedai ramen yang jadi tujuan adalah kedai ramen yang biasa kami lewati kalau mau ke rumah Ibuk (mertua saya). Namanya Kedai Ramen Hokkaido. Asyiik..
Ini adalah kali pertama kami mencoba makan di kedai ramen kecil yang berlokasi di Jalan Podomoro tersebut. Sebenarnya tidak terlalu kecil juga sih, karena tersedia banyak tempat duduk di dalam ruko. Cuma karena dapur ramen terletak di luar dengan 4 kursi tepat di depan dapur kecil tempat para chef (seperti kantin ramen di Jepang), jadi kesannya kecil. Kami beruntung, sebab 2 kursi di depan dapur pas kosong. Kami jadi bisa melihat proses memasak ramennya.
FYI. Kedai ramen ini menyediakan berbagai ramen dengan kuah yang bervariasi: Kare Ramen #GoldenRamen (kuah kari jepang), Tom Yam Ramen (kuah tom yam yang segar), Shoyu Ramen (kuah soy sauce yang original), dan Hell Ramen a.k.a Spicy Hot Ramen (kuah sambal spesial). Ada juga Mega Ramen dengan ukuran dua kali lipat. Sementara itu topping-nya sama yaitu: telur, ayam teriyaki, bakso ayam, narutomaki, nori, sayur, dan daun bawang. Kalau mau tambah topping juga bisa, tapi harganya juga nambah.
Untuk harga, saya rasa cukup terjangkau. Semua ramen porsi normal dihargai 15 ribu rupiah per porsi, sedangkan Hell Ramen ditambah seribu per level kepedasan dan Mega Ramen seharga 25 ribu per porsi (harga per 31 Oktober 2015).
Saya dan Kanda kali ini sama-sama memesan Kare Ramen, soalnya penasaran, sih. Seorang adik les saya pernah bilang kalau kari ramen di kedai ini enak. Apakah benar enak? Hmmm.
Sebelum bisa mencicip rasa kari ramen yang kami pesan, saya dan Kanda menunggu cukup lama. Huhu. Soalnya antriannya panjang. Kalau pergi ke sini dengan perut keroncongan, bisa-bisa emosi karena kelaparan. Untungnya kami sudah makan dulu di rumah. Hohoho. Selamat~selamat.. *urut dada
Sambil menunggu pesanan, saya sempat memperhatikan sekeliling. Di samping saya ada lampion merah yang cukup eye catchy, jadi saya foto deh. Mumpung hp masih ada baterainya. :p
Dan akhirnya pesanan saya selesai..
Dari tampilannya, cukup menggugah selera. Disajikan dalam mangkuk dilengkapi sumpit dan sendok, porsinya terlihat sedang.
Setelah dicicip, okey, saya suka. Kanda juga oke. Artinya selera saya sama dengan selera suami dan adik les saya. Mie ramen homemade-nya kenyal. Kuah kari nya agak kental dan rasanya cukup kuat. Kalau kata saya sih, ramen selera nusantara. Kena lah di lidah saya yang Indonesia banget. Hehe.
Dari yang saya lihat, ada 4 orang yang bertugas di sini: seorang bertugas di bagian mie, dua orang mengurus kuah dan topping, seorang lagi bertugas membuat takoyaki sekaligus menerima pesanan dan kasir. Keempat orang ini bekerja dengan kompak dan gesit. Cukup terkoordinir dan teratur, saya lihat. Pesanan yang seabreg bisa diselesaikan tanpa kekacauan yang mengganggu mata dan telinga pelanggan. Mereka terlihat serius bekerja tapi wajahnya tidak judes. Begitulah seharusnya.
Walaupun saya dan suami duduk tepat di depan dapur, tapi pesanan kami baru siap disantap setelah sampai urutan pemesanan. Lama sih, tapi saya lebih suka tempat yang teratur dan menghargai antri seperti ini, soalnya saya bisa naik darah kalau diserobot orang. Apalagi ini urusan makan. Orang kalem juga bisa galak kalau lapar. Hihihi.
Hal lain yang jadi perhatian adalah kebersihan, pastinya. Dari yang saya lihat, dapurnya cukup bersih dan cukup teratur. Saya tidak tahu bagian pencucian piring karena tidak terlihat. Saya harap juga bersih karena perangkat makan terlihat bersih.
Mengenai pelayanan pendukung. Kedai ini khusus menjual ramen saja, jadi untuk minuman harus dipesan terpisah di dalam ruko (dan bayarnya terpisah juga). Oh ya, tarif parkir motor di sini dua kali lipat dari tarif resmi kota lho, dua ribu rupiah. Pungli nggak sih yang begini? :p
Begitulah. Mudah-mudahan kami bisa balik lagi mencicip ramen rasa kuah lain. Semoga kali berikutnya itu, hal yang baik-baik tetap dipertahankan dan yang perlu diperbaiki sudah diperbaiki. Itadakimasu, ramen lovers! Semoga tulisan ini bermanfaat.