6.01.2014

Hikmah Jumat Malam Lalu

Jumat malam lalu saya menghadiri rapat pertanggung jawaban panitia konser. Konsernya sendiri diadakan pertengahan bulan Maret lalu. Sudah dua bulan lewat memang, tapi ya sudahlah. Syukur-syukur masih bisa ngumpul karena semuanya sudah mulai kembali sibuk dengan penelitian dan tesis, seperti saya.


Enam belas orang hadir dari sekitar 30 panitia (yang merangkap artis) dan para official yang jumlahnya belasan. Sedikit memang, tapi saya senang bisa melihat kembali wajah-wajah mereka. Kangen. Maklum selama latihan kemarin yang datang lebih banyak anak-anak baru. Ada sih wajah-wajah lama, terutama nona pelatih yang selalu hadir, Wenny. Yang lain, datang silih ganti. Bahkan ada yang tidak pernah datang latihan lagi pasca-konser. Sibuk.

Ini membukakan mata. Saya pribadi merasa sudah waktunya saya fokus. Orang lain mungkin bisa membagi waktu dengan baik, tapi atas keterbatasan saya, saya harus memprioritaskan tesis yang sudah kelamaan di laptop. Sudah lama saya tidak latihan..

LPJ berjalan oke, dengan sedikit dinamika dan tarik-tarikan urat leher, tentunya. Biasa lah, namanya juga LPJ. Seru, dan banyak hikmahnya. Dari pembicaraan di rapat, saya kembali teringat kuliah Prof Sumardjo tentang pentingnya komunikasi. Banyak sekali kasus kesalahpahaman terjadi karena masalah komunikasi. Bisa jadi karena beda perspektif, bisa jadi karena ketidakcocokan pada cara penyampaian. Banyak dari kita tahu dan ingin menyampaikan nilai yang kita yakini benar dan baik, merasa hal-hal tertentu patut diperjuangkan dan diprioritaskan, masing-masing orang dengan kacamatanya.

Dari sini saya semakin paham, memaksa orang lain untuk paham dengan apa yang kita pahami adalah rumit, apalagi dengan orang yang berjiwa defensif. Dan bahkan dengan penyampaian yang santun sekalipun, respon negatif tak terduga bisa saja terjadi. Apalagi kalau disampaikan dengan cara yang sebaliknya, terutama bagi orang-orang yang sensitif.

Mungkin itulah seni dari komunikasi: memahami orang lain.

Kadang kita sering terlupa dan fokus kepada diri sendiri. Itu manusiawi. Tapi selama LPJ kemarin saya teringat-ingat nasihat Kanda kepada saya:

Nasihat Kanda..

Emm.. Saya memiliki sedikit kenangan tentang hal ini saat hari H konser. Waktu itu saya sempat diteriaki oleh seorang teman di depan teman-teman yang lain. Syok sekali rasanya. Saya sempat down, apalagi sewaktu jam istirahat teman-teman pulang ke kost-an mereka karena dekat, atau ke kost-an teman mereka yang letaknya dekat. Saya sendiri tidak berniat pulang. Untungnya, Kanda datang menemani, sekalian nge-net sebentar di rektorat.

Saya sempat mengeluhkan perlakuan tersebut, merasa tersinggung. Tapi Kanda menenangkan saya. Ia bilang, saya dan semua teman-teman saya pasti sangat tegang, termasuk teman yang meneriaki saya. Terlebih sebagai panitia yang merangkap artis yang akan tampil. Tentu itu tekanan yang sangat besar. Belum lagi ditambah masa latihan yang terhitung singkat, plus masalah-masalah teknis lainnya. ~Jleb

Saya tidak membenarkan kelakuan teman saya (karena bagaimanapun meneriaki orang lain di depan umum memang tidak sopan) tapi setelah ingat akan kondisinya, saya belajar memaklumi dan sadar diri. Toh saya tidak memberikan kontribusi banyak seperti teman-teman panitia, dan saya tahu teman saya tersebut baik karena selama berinteraksi kami tidak pernah memiliki masalah. Ya, kecuali diteriaki itu lah. :)

Jumat malam lalu, entah apa akhir dari pertemuan tersebut karena pukul 9.30 saya harus berpamitan.

Saya sangat berharap silaturahmi antar kami tetap terjalin dengan baik karena saya bahagia mengenal mereka yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia. Alhamdulillah, Allah telah mempertemukan kami lewat GSP.

Love you all, my dear friends!