4.18.2014

Belajar dari Dinda di KRL

Dua malam lalu menyebar berita lumayan menghebohkan di beranda facebook saya, tentang seorang wanita muda bernama Dinda yang tidak simpatik kepada ibu hamil di KRL. Saya yakin teman-teman juga pasti sudah mendengar bahkan mungkin lebih dulu dan lebih tahu tentang berita tersebut. Tapi berhubung saya tidak kenal sama sekali dengan orang tersebut, saya tidak akan mengecam atau membelanya..  :)  Walau saya sendiri gatal untuk berkomentar tentangnya, tapi ya sudahlah. Toh semua orang pasti dapat balasan, jadi skip saja.

Saya membagikan ini untuk para wanita dan keluarga, terutama bagi ibu hamil yang sedang berjuang memelihara kehidupan lain dalam tubuhnya: bayi mungil yang tiada dosa. ^_^


Saya menghargai perasaan dan pendapat si nona muda. Namun saya pun yakin, sedikit banyak tulisan nona muda itu bisa jadi memberi efek bagi orang lain, terutama bagi para ibu hamil. Terlepas dia meminta maaf atau tidak, kita semua harus ingat bahwa apa yang kita sampaikan akan selalu memberi arti.


Saya merasa perlu menulis ini karena mungkin akan ada ibu-ibu hamil yang memaksakan diri melewati ambang kemampuannya gara-gara tuduhan seperti itu.
[Please see related post : Setiap kehamilan adalah spesial]

Perlu diingat, ada wanita hamil yang kemampuan adaptasi tubuhnya sangat tinggi sehingga tidak terlihat perbedaan nyata antara ketika hamil dan ketika tidak hamil, tapi ingatlah juga ada wanita yang adaptasi tubuhnya rendah sehingga terkesan lamban dan pemalas *seperti sangkaan nona muda.. Entahlah, mungkin nona muda memang tidak tahu atau belum tahu dengan beratnya menjadi wanita hamil, atau karena lupa dengan pengorbanan ibunya saat mengandungnya dulu atau mungkin hanya karena sedang PMS, sehingga ia dengan tega membuat status tersebut..

Dari kejadian ini ada beberapa hal penting yang saya rasa patut dijadikan renungan:

- Jangan terlalu mudah menilai orang lain, toh terkadang yang menilai (dalam cerita ini, si nona muda) pun tidak kuat ketika dinilai negatif oleh orang lain. Lewat pembelaannya, ia menceritakan pengorbanannya untuk mendapat tempat duduk di KRL. Mungkin yang ia alami tidak akan mampu dijalani orang lain, tapi di lain pihak, ibu hamil *yang meminta tempat duduknya pun pasti punya cerita yang mungkin tidak mampu dijalani orang lain. Siapa yang tahu? Bukankah semua orang punya cerita masing-masing?

- Berhati-hati dalam memanfaatkan media sosial.

- Lebih jauh, ini menunjukkan peran besar pendidikan moral. Semoga setiap kita dapat menjadi teladan yang mengajarkan rasa empati bagi generasi depan. Aamiin