1.05.2017

Jalan-Jalan Ke Mupa Kencana, Putussibau

Hari Rabu pagi, Kanda mengajak saya ke suatu tempat bernama Mupa Kencana. Saya sama sekali tidak punya ide mengenai tempat ini. Awalnya malas "pake banget" untuk ikut. Soalnya Kanda ke sana kan memang mau praktek lapangan (bagian dari kegiatan pelatihan). Lha saya, ngapain? Tapi bukan Kanda namanya, kalau tidak dengan keras kepala membujuk saya. "Masak jauh-jauh terbang dari Pontianak tadak kemane-mane, Din?", katanya memanas-manasi. xD  Pikir-pikir, iya juga sih. Akhirnya saya mau ikut.

Setelah sarapan bubur di kantin langganan Kanda, kami pun bertolak ke Mupa Kencana. Saya jadi penasaran, ada apa sih di sana?

Jalan-Jalan Ke Mupa Kencana, Putussibau
Gerbang masuk objek wisata Mupa Kencana


Untuk menuju Mupa Kencana (atau biasanya disebut "Mupa" saja), saya dan Kanda berangkat menggunakan sepeda motor. Tidak lama berkendara, kami sudah tiba di lokasi. Sebenarnya saya tidak menyangka akan sampai secepat itu. Dari artikel yang saya baca, ternyata objek wisata ini memang termasuk yang paling dekat dengan pusat kota Putussibau. Lokasi tepatnya adalah di Dusun Mupa, Desa Pala Pulau, Kecamatan Putussibau Utara, Kapuas Hulu. Itu sekitar 15 menit dari ibukota Putussibau.

Sampai di tempat parkir motor, saya segera berpamitan dengan Kanda. Pelatihannya belum dimulai, tapi saya merasa ia harus cepat bergabung dengan rekan-rekannya agar keberadaan saya --yang bukan peserta, perempuan sendiri, dan memakai jilbab pink ngejreng-- tidak terlalu kentara. Tanpa salaman dan cipika-cipiki seperti biasanya, saya bergaya sok cool dengan hanya melambai dan berjalan menjauh sambil menenteng kamera mirrorless yang Kanda pinjamkan. Dan ternyata itu ada konsekuensinya...

Tujuan awal perjalanan saya adalah memotret gerbang masuk. Biasalah, untuk bahan tulisan di blog. Apa dinyana, karena sebelumnya belum pernah pakai kamera jenis itu, saya sempat kebingungan mengaktifkan lensanya. Cukup lama saya berdiri di depan gerbang masuk sambil mempelajari simbol-simbol yang ada, mengira-ngira tombol mana yang seharusnya ditekan atau bagian lensa mana yang harusnya diputar. Ini nih, gara-gara sok cool. :p  Sebenarnya bisa sih balik lagi ke tempat Kanda buat nanya, tapi saya gengsi. Gengsinya nggak penting banget yak? hihihi  Untung punya pengalaman yang cukup dengan kamera DSLR, akhirnya kegigihan dan kegengsian saya terbayarkan. Kamera pun bisa dipakai buat jeprat-jepret. Hohoho.

Dengan kamera di tangan, saya mulai mengeksplorasi tempat wisata tersebut. Semua tempat saya jepret. Dari semua, yang paling menarik di tempat wisata ini memang danaunya. Kalau saya tidak keliru, namanya Danau Piang Kuak. Airnya tenang. Sekelilingnya pepohonan. Adem..

Eh, tapi sebelum saya menikmati ketenangan danau, saya jalan-jalan dulu di sekitar gerbang masuk. Di sebelah kanan gerbang, terdapat beberapa bangunan. Ada yang seperti panggung, ada yang seperti ruko, ada yang seperti tempat penyimpanan. Saya tidak bisa memastikan fungsinya, tapi kalau lihat dari penampakannya sih, gitu. Ada juga beberapa bangunan kantin di tepi danau, di sisi danau yang paling dekat dengan gerbang masuk.

apakah ini semacam panggung?

apakah ini ruko?

apakah ini tempat penyimpanan atau bekas kantin tak terpakai?

Selain bangunan-bangunan tersebut, saya juga melihat ada beberapa wahana permainan. Ada perahu ayun, bebek-bebekan, dan flying fox. Sayangnya semua wahana permainan tersebut tidak sedang beroperasi. Maklum, hari kerja. Ada juga beberapa mainan anak kecil (seperti perosotan, dsb) yang masih bertumpuk di dekat tempat parkiran motor dan di dalam tempat penyimpanan (kelihatan di gambar di atas). Kata ibu kantin di dekat situ sih, mainan-mainan tersebut memang baru datang. Nah, barusan saya baca berita, katanya sekarang mainan-mainan tersebut sudah bisa dinikmati oleh para pengunjung cilik taman ini sejak pergantian tahun. Bagus deh.

Perahu ayun, 5000/15 menit/orang

Bebek-bebekan yang nganggur.

sepertinya sih menara flying fox.. (sepertinya ya)

Walaupun Kanda memang mengizinkan saya menikmati pemandangan sendirian, saya memastikan agar keberadaan saya masih terlihat oleh Kanda. Yah gimanapun harus menjaga diri sendiri dong, ya kan. Karena pertimbangan itu, saya mengurungkan diri masuk ke area bertuliskan "traiel" wisata (mungkin maksudnya trail) yang terkesan agak misterius dan bikin penasaran. Sempat masuk sih, tapi karena sepi, saya mundur cantik. Apalagi waktu mau masuk saya dengar suara binatang yang agak-agak seram di sana. Seperti suara kera. Hiey. Ngeri kan kalau diserang pas sendirian.

traiel... ?

hasil mengintip di "traiel"

Belakangan pas mau pulang, saya baru diberi tahu Kanda kalau suara seram yang saya dengar itu ternyata cuma suara kodok. Iya, kodok! Kanda kurang tahu nama ilmiahnya, tapi insyaallah memang suara kodok. Saya baru ingat pernah mendengarnya dulu, waktu berkunjung pertama kali ke Putussibau (awal bulan Mei 2016). Di daerah hulu kapuas, jenis kodok bersuara nyaring tersebut sepertinya masih sering kedengaran. Kalau di Pontianak saya tidak pernah dengar, makanya tidak familiar. Hehe *kalimat terakhir positif ngeles

Setelah mundur teratur dari area "traiel", saya berjalan menuju jembatan kayu yang membelah danau menjadi dua tidak sama besar. Pemandangan dari jembatan masih sangat asri dan hijau. Belum ada bangunan nun jauh di sana yang mengganggu pemandangan alami pepohonan. Air danau hari itu pun sangat tenang. Riak air hanya diciptakan oleh sepoi angin. Bagus juga bebek-bebekan tidak beroperasi. Hehe. Adem banget pokoknya.

ini di atas jembatan

pemandangan di salah satu sisi jembatan..

Agak lama saya nyantai di salah satu gazebo jembatan kayu tersebut. Setelah duduk-duduk santai dan menikmati pemandangan danau, saya lanjut berjalan ke sisi seberang yang belum saya lewati. Tangga turun agak curam dan ada beberapa kayu lantai jembatan ada yang patah, jadi harus hati-hati.

jembatannya rongak ^^ (melayu pontianak mode on)

Sampai di seberang, ternyata paving jalan setapaknya berantakan. Jalan bergelombang dan yang ke arah kanan jembatan terputus.

terputus atau tertutup serasah tebal dedaunan? ah pokoknya semacam itulah..

Karena itu, saya ambil aman, berjalan ke arah kiri. Dari jalan setapak, saya bisa melihat sebuah bangunan mirip rumah berukuran cukup besar. Di depan rumah tersebut ada kolam. Tak jauh dari kolam, ada kerangka bangunan yang berbentuk seperti panggung. Saya tidak punya ide itu bangunan apa. Kondisi bangunan, panggung, maupun kolam sama-sama terbengkalai. Paku-paku di lantai bangunan mencuat. Rerumputan pun tinggi-tinggi dan semak berantakan. Sisi danau sebelah sini terasa tidak terurus.

Atapnya bagus, tapi dindingnya nampak tua. Ibarat nenek-nenek keriput tapi rambutnya masih hitam.
*kok jadi serem bayanginnya ya, hhihi

Ini panggungnya. Panggung bukan sih?

pemandangan dari jalan setapak sisi seberang..

Jalan arah kiri jembatan itu dengan segera membawa saya kembali ke titik pertama saya datang, yaitu lahan parkir.

Tempat parkir.
Di dekatnya ada tumpukan mainan anak yang baru dan belum ditata.

Saya baru memperhatikan bahwa di dekat lahan tempat parkir ada kamar kecil (wc/ toilet). Saya kurang tahu keadaan kamar kecil tersebut. Semoga layak.

to-i-le

Setelah kembali ke tempat awal, saya duduk cantik di bawah pohon. Agak bosan. Pengennya sih melanjutkan jalan-jalan ke sudut lain kolam yang belum dijamah. Saya penasaran dengan luasan danau tersebut. Sayang kegiatan Kanda sepertinya belum selesai. Bisa sih jalan sendiri, tapi saya kasihan dengan Kanda kalau saya tiba-tiba hilang dari pandangannya. Bisa-bisa prakteknya jadi tidak fokus. Karena itu saya balik lagi ke jembatan, menikmati pemandangan sambil duduk memperhatikan kegiatan Kanda dkk dari kejauhan.

Dari kejauhan, saya melihat sebagian teman-teman Kanda berjalan di sisi yang bikin penasaran itu. Sepertinya ada jalan yang bisa diikuti dan jaraknya tidak terlalu jauh. Dan karena mereka ke sana, saya merasa sepertinya aman. Minimal tidak ada binatang besar yang bisa menyerang, lah. :p Imajinatif ya. Hhihi.

Jalan-Jalan Ke Mupa Kencana, Putussibau
Penampakan rekan-rekan Kanda yang sedang jalan menyusuri tepian danau..

Saya pun minta izin ke Kanda lewat isyarat, dibolehkan. Jadi saya jalan-jalan lagi, kali ini mengikuti jejak-jejak peserta pelatihan.

Tampilan jembatan dilihat dari sisi tersebut..

Ini tampilan dari sudut terjauh danau..

Di jalan yang saya lewati tersebut sebenarnya punya potensi wisata alam yang oke, cuma ya gitu deh. Benar-benar seadanya. Tidak bisa membayangkan kalau harus jalan malam-malam di situ.

eemmmm...

kalau malam mungkin lebih --ehem-- dramatis, hehe

Tolong, saya dihadang pohon! ^o^

Selesai jalan-jalan, saya menunggu kegiatan Kanda selesai dengan duduk santai di bangku tepi danau di bawah pohon rindang. Teduh dan tenang. Suka! Ada sih beberapa kantin di tepi danau dekat pintu masuk, tapi saya lagi malas jajan. Tidak lama, Kanda mengajak saya pulang karena kegiatan pelatihan masih lanjut di hotel setelah makan siang. Jadi, dadah Mupa Kencana...

Pas pulang, tidak ditarik biaya parkir. Saya baru ingat, pas masuk tadi juga tidak pakai tiket masuk (per Desember 2016). Sangat wajar, mengingat fasilitas yang minim dan ukuran yang memang tidak terlalu luas. Di satu sisi, gratisan tentu sangat menyenangkan. Sangat cocok lah, buat tempat liburan keluarga yang murah meriah. Apalagi lokasinya terbilang dekat dari kota. Tapi di sisi lain saya juga merasa miris karena seakan itu menjadi alasan ketidakpedulian pengurus/pengelola kawasan. Kalau baca artikel, objek wisata ini memang bermasalah di pengelolaan dan membuat objek wisata ini menjadi sangat tidak terurus: sampah tidak dibersihkan, kantin-kantin dibangun di pinggir danau (menghalangi pemandangan danau dan limbahnya dapat mempengaruhi danau), bangunan rusak tidak diperbaiki (seperti beberapa kayu lantai jembatan ada yang patah, bisa membahayakan pengunjung), paving jalan tidak diperbaiki, pohon tumbang melintang di jalan tidak disingkirkan, rerumputan tinggi tidak ditebas, dsb. Sayang sekali.

Secara keseluruhan sebenarnya tempat wisata ini sebenarnya mengesankan. Teduh dan tenang. Murah pula. Saya suka. Hanya saja penataan, perawatan, dan pengelolaan yang baik sangat diperlukan. Harapan saya, semoga ke depan, taman ini semakin baik. Pesan saya buat pengunjung, tolong jangan buang sampah sembarangan, ya. Sip?!

Oke, begitulah cerita saya jalan-jalan di objek wisata Mupa Kencana a.k.a Danau Piang Kuak, Putussibau. Semoga bisa menjadi referensi tujuan wisata di Bumi Uncak Kapuas, ya teman-teman. Sampai nanti!