3.01.2016

Roger IPB

Di hari pertama Bulan Maret ini, saya mau berbagi sedikit cerita inspiratif dari seorang pedagang asongan keliling yang beken di kalangan civitas akademik IPB. Namanya Cecep Hidayatullah, atau lebih terkenal dengan panggilan Roger.

Pak Roger (tengah) kebetulan lewat waktu kami foto-foto pasca wisuda (September 2015), jadi sekalian diajak foto kenang-kenangan.



Saya jadi teringat, dulu Pak Roger ini suka menyapa saya dengan panggilan "Galih-Ratna" kalau dilihatnya saya dan Kanda jalan berdua. Kalau dilihatnya saya sendirian, akan dipanggilnya Jud.. "Hai Jud, pulsa dong", gitu.. :D

Hampir setiap seharian di kampus, pas ketemu, ia pasti menyapa seperti itu. Sebenarnya bukan hanya kami sih, melainkan semua orang yang ditemuinya akan disapanya dengan akrab, seringnya sambil menawarkan barang dagangannya.

Karena penasaran dengan gaya berdagangnya yang unik dan ramah, saya dan Kanda mencari tahu namanya kepada teman-teman yang S1 di IPB. Dengar-dengar sih namanya Roger. Hebat juga, batin saya. Wajah lokal, nama internasional. Hehe. Tapi benar kan, itu cukup aneh. Rupanya nama Roger itu bermuasal dari kebiasaannya memberi kode "roger" kepada calon pelanggan rokoknya. Sekarang ia beralih berjualan pulsa, permen, dan pulpen. Tidak jualan rokok lagi.

Kami berdua tidak kenal dengan Pak Roger secara personal, hanya balas menyapa dan tahu saja -mungkin sebagian besar civitas IPB juga demikian- tapi karena kebiasaannya yang ramah dan kadang disisipi dengan nasihat baik, saya merasakan kesan positif. Dulu saya dan Kanda sempat berniat menulis tentang Bapak yang berperawakan kecil ini di blog kami masing-masing, tapi karena satu dan lain hal (seperti kurang info dan lebih memprioritaskan tesis yang terlalu lama rampung, ihiks!), akhirnya urung dan lama-lama jadi lupa.

Sampai beberapa hari lalu, kesan tentang Pak Roger kembali di ingatan saya ketika melihat beberapa teman membagikan postingan halaman kitabisa.com untuk menggalang dana umroh untuk Pak Roger. Hebatnya, dalam postingan halaman kitabisa.com, penggalangan dana umroh untuk Pak Roger itu tembus angka 100 juta dalam 2 hari, dan insyaallah positif umroh di bulan April nanti. Padahal masih ada beberapa hari lagi, jadi kemungkinan besar akan terus bertambah. Katanya sih, lebihnya akan diberikan kepadanya untuk modal usahanya. Ahad pagi, Bapak 2 anak ini diundang wawancara oleh salah satu stasiun swasta nasional.

Mengetahui ini, saya sempat ternganga lalu tersenyum..

Masya Allah ya, kuasa Allah itu. Kalau dipikir dengan logika manusia dan dilihat dari kondisi kesehariannya, pekerja asongan kecil seperti Pak Roger ini bisa-bisa dianggap berlebihan kalau punya keinginan keluar negeri seperti Mekah atau tempat jauh lainnya. Dianggap tidak realistis, kebanyakan berharap, kebanyakan mimpi. Padahal, kalau Allah berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin. Tidak ada yang bisa menghalangi. Dalam keterbatasannya, belasan tahun Pak Roger tetap menyebarkan aura positif untuk orang-orang sekitarnya. Lewat tangan-tangan civitas IPB yang mengenalnya, Allah membantunya mewujudkan mimpinya, bahkan lebih.

Jadi, bermimpilah tinggi-tinggi, usaha terus, dan jangan pernah lupa berdoa. Pantaskan diri. Siapa tahu beberapa tahun ke depan Tuhan mengabulkan cita-cita kita yang terdengar mustahil bagi orang lain..
*mulai ngomong sendiri

Baiklah, sekian dulu ya, temans. Mari kita doakan Pak Roger tetap rendah hati dengan rejeki berlimpah dan tak disangka yang diterimanya. Mudah-mudahan umrohnya mabrur dan usahanya tetap lancar. Akhir kata, semoga hikmah kisah Pak Roger ini bisa menginspirasi kita semua ya. Aamiin..