3.18.2016

Hidupku, Ceritaku

Hari ini saya mau bikin autobiografi dulu, aah... Hihihi




Nama yang Unik

Sebelumnya, buat yang belum tahu, nama saya Delyanet, biasa dipanggil Yanet. Kalau di rumah dipanggil Adek, karena saya anak bungsu dari 2 bersaudara. Saya dan Kakak punya nama yang unik pemberian Bapak, hanya terdiri dari satu kata. Dulu saya sempat minder dengan nama saya, terutama karena teman-teman suka mempermainkan nama menjadi panggilan yang tidak saya suka. Saking mindernya, saya pernah minta ganti nama kepada orang tua, tapi tentu saja tidak ganti.

Saya pernah bertanya kepada Bapak, yang bertanggung jawab memberikan saya nama unik ini. Menurut beliau, artinya insyaallah baik, tapi saya lupa penjelasan detilnya waktu itu. Yang saya ingat pasti, beliau bilang beliau terilhami dari nama seorang pahlawan wanita Perancis bernama Jeanne d'Arc. Dibuat agak mirip tapi beda, jadi Delyanet gitu. Kreatif juga Bapak..

Belakangan saya cari tahu, nama saya ternyata memang berarti baik: Del berarti cantik (dari bahasa Britania Raya), sedangkan Yanet berarti ramah dan berbudi baik (dari bahasa Ibrani). Begitu manis harapan dan doa orang tua saya di balik nama unik saya ini. Terima kasih kepada keduanya. Saya jadi bangga memiliki nama Delyanet.

Pendidikan

Walaupun saat kecil (sejak berusia 3 bulan sampai sekitar 9 tahun) saya harus terpisah dari Bapak yang ditugaskan di luar kota yang jauh dari Kota Khatulistiwa, tepatnya di hulu Sungai Kapuas, saya tidak kehilangan masa kecil yang bahagia, pula tidak kehilangan hak mendapatkan pendidikan yang layak. Mama' memasukkan saya ke sekolah dasar swasta bereputasi baik di kawasan kami, kebetulan tidak terlalu jauh dari rumah. Dengan nilai sedang, alhamdulillah, saya bisa lolos seleksi dan melanjutkan wajib belajar 9 tahun di salah satu SMP negeri favorit di kota kelahiran saya.

Masa SMA adalah salah satu milestone penting hidup saya. Kala itu saya bisa lolos seleksi masuk sekolah menengah atas negeri favorit, yang kebetulan berseberangan dengan SMP. Sebenarnya tidak menyangka karena nilai saya tidak terlalu tinggi, tapi ya namanya rejeki, alhamdulillah. Di SMA inilah saya banyak belajar agama Islam, terutama di luar jam pelajaran agama. Tak pernah saya sangka sebelumnya bahwa saya akan berjilbab di usia remaja, mengingat sebelumnya saya cenderung tidak suka Islam (karena belum kenal).

Cerita tentang kisah jilbab saya bisa dibaca di sini.

Menjelang kuliah, saya sempat bingung mau masuk jurusan apa. Tertariknya sih di teknik lingkungan, tapi itu ada di universitas negeri di pulau jawa. Karena satu dan lain sebab (terutama karena khawatir pergaulan bebas sementara tidak punya keluarga yang dapat memantau), saya dan kakak terpaksa tidak diizinkan orang tua untuk bersekolah di luar. Saya sendiri terpaksa harus memilih jurusan lain karena waktu itu perguruan tinggi negeri di kota saya belum buka jurusan teknik lingkungan. Pilihan saya jatuh ke jurusan Biologi Fakultas MIPA lewat jalur ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB), dan alhamdulillah lulus dengan kemampuan sendiri. Tapi berhubung saya anak dosen, biasa lah ya, isu miring tentang saya berhembus. Tidak tahu saja mereka (yang bergosip itu) tentang usaha dan persiapan saya. Mana mereka tahu bawa saya bahkan mempersiapkan diri kalau tidak lulus nanti mau kursus menjahit sebelum ikut tes lagi di tahun depan. Saya marah tentang ini, tapi kata Mama biarkan saja, waktu yang akan membuktikan kebenaran dan kejujuran. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan studi saya dengan baik walaupun perlu waktu 6 tahun dan tidak cum laude. Tema besar tugas akhir saya waktu itu konservasi, yaitu inventarisasi tumbuhan kantung semar (Nepenthes spp) di Gunung Pasi, Singkawang.

Selang 2 tahun pasca kelulusan, saya melanjutkan kuliah bersama suami. Waktu itu kami masih pengantin baru, alhamdulillah kami berdua sama-sama lulus seleksi beasiswa. Sayangnya, kami juga sama-sama tidak bisa melanjutkan studi di jurusan Biologi karena faktor ketidakprofesionalan beberapa oknum di jurusan lama. Bersyukur juga sih, mungkin itu jalan agar kami dijauhkan dari kepicikan kelompok pendengki. Wallahu'alam.

Di jurusan baru, Arsitektur Lanskap, passion environmentalist bersemi kembali lewat ilmu terapan ini. Cuma saya agak terkendala dengan masalah teknis seperti menggambar desain. Makanya sampai sekarang saya masih terus belajar menggambar, supaya tambah jam terbang. Di jurusan baru ini juga, saya sangat tertarik pada lanskap budaya. Saking tertariknya, studi lanskap budaya menjadi tema tugas akhir saya, dengan mengambil lokasi di Desa Ensaid Panjang, Sintang.

Waktu kuliah saya terhitung lama karena sempat tidak produktif saat cuti hamil dan melahirkan, plus sempat mengalami depresi pasca IUFD. Tapi alhamdulillah atas izin-Nya lewat kebaikan dan dukungan orang-orang di sekitar saya, saya bisa bangkit dari keterpurukan dengan bersusah payah. Alhasil saya bisa berwisuda bersama Kanda yang sengaja menunda wisudanya untuk menyemangati saya.

Karir 

Semasa kuliah, saya menyambil sebagai guru les privat untuk mata pelajaran eksak. Saya senang mengajar dengan kelas kecil karena jumlah murid yang sedikit memberikan saya kesempatan berinteraksi lebih intens dengan adik didik. Mereka bebas bercerita kepada saya tentang apapun jika les usai. Dengan demikian, bukan hanya mereka yang dapat belajar dari saya, tapi saya juga bisa mendapat banyak pelajaran dari mereka. Ilmu itu tak terbatas dan bisa dari siapa saja, kan. Jadi saya sangat menghargai itu.

Lepas wisuda sarjana, saya tetap mengajar privat, menyambi membuka usaha bersama dengan teman dekat yang kemudian menjadi pasangan hidup. Sangat disayangkan, usaha kami tidak berjalan mulus dan akhirnya terpaksa ditutup. Itu pelajaran berharga sekaligus mahal, tapi kami bangga sudah berani mengambil langkah mencoba berwirausaha. Lebih baik gagal daripada tidak mencoba sama sekali, kan..

Saat kuliah S2, kegiatan belajar-mengajar adik-adik les terpaksa dihentikan karena saya dan suami harus merantau keluar pulau. Saya sempat mencoba memutar uang dengan menjual pakaian, tapi tidak diteruskan karena harus fokus pada penyelesaian tugas akhir. Hehe

Sekarang, saya bekerja di rumah. Supaya tidak bosan, saya melakukan banyak hal untuk mengasah keterampilan dan bakat yang ada, plus ngeblog. Dulu saya sering mengeluh dan malu karena umur segini baru mencoba berbagai hal. Tapi sekarang, bodo amat deh omongan orang. Yang penting saya senang dan tidak merugikan siapapun. Toh tidak ada kata terlambat untuk belajar, kan.. ;)

Keluarga 

Keluarga adalah anugerah indah dari Allah. Saya bersyukur terlahir di keluarga saya, dengan Mama' dan Bapak sebagai orang tua, dan Kakak sebagai saudari satu-satunya. Mereka selalu mendukung saya. Memang kadang ada satu dua hal yang tidak sesuai ekspektasi saya, tapi mengingat saya pun pastinya tidak sesuai ekspektasi ketiganya, saya belajar memahami dan menerima. Semakin sekarang, saya semakin menyayangi ketiganya.

Setelah menikah, kebahagiaan saya bertambah karena memiliki suami yang terhitung sabar menghadapi saya yang cerewet. Pernikahan juga berarti bertambah keluarga. Kalau dulu saya bungsu, sekarang saya malah punya 2 adik laki-laki dan 1 adik perempuan, dari pihak suami. Ramai kan..

Membicarakan keturunan, alhamdulillah keluarga kecil kami sudah punya 1 anak, tapi sekarang sudah berada di sisi Tuhan. Adiknya masih dalam ikhtiar, semangat terus. Tapi apapun ketentuan Allah, saya selalu berharap keluarga kami selalu sakinah mawaddah warahmah, tetap akur dalam keadaan apapun. Mohon doanya ya, teman.

Apalagi ya. Hmm, sepertinya cukup sampai di sini dulu cerita saya. Sudah ngantuk. Semoga ada sedikit pelajaran dari kisah singkat perjalanan hidup saya ini yang bermanfaat untuk teman-teman pembaca, yaa.. Dah!

Note:
awalnya tulisan ini ingin diikutsertakan dalam GA salah satu teman blogger, mbak Ika Puspita yang berulang tahun hari ini, eh, kemarin (17 Maret). Berhubung selesai nulisnya telat, ini jadi urung didaftarkan. Bagaimanapun, topik GA mbak Ika sudah menjadi ide saya menulis hari ini. Terima kasih mbak Ika Puspita, semoga GA nya sukses yaa, dan selamat ulang tahun!