4.17.2015

Pindah Rumah Kontrakan

Hari ini, Jumat, kami pindah rumah kontrakan. Ini bukan pertama kali kami pindah. Rumah pertama yang dihuni adalah rumah seorang dosen, Bu Ifa, yang berlokasi di Yasmin. Waktu itu kami kesulitan mencari rumah kontrakan karena baru datang. Di rumah tersebut, Bu Ifa sangat baik memperlakukan kami. Semoga kebaikannya dibalas dengan kebaikan oleh Allah.. :)

Pindah Rumah Kontrakan


Nah, sekitar sepekan kemudian, alhamdulillah, kami sudah dapat kontrakan satu kamar di Perumahan Dramaga Permai yang sesuai dengan kantong. Berhubung belum punya apa-apa selain tas yang dibawa dari kota asal dan sepasang laptop untuk mengerjakan tugas kuliah yang menumpuk, kami pindah dengan menggunakan motor pinjaman seorang kawan yang sudah lulus duluan, Jorion.

Cukup lama kami tinggal di rumah kontrakan mungil itu. Rumah tersebut jadi tempat melepas penat setelah belajar ilmu baru bersama teman-teman baru. Oh ya. Saya jadi teringat, kami sering pulang larut malam karena diajak tema-teman mengerjakan tugas kuliah di kampus. Biasanya sampai malam, sekitar pukul 9-10 malam. Nah, di jam-jam sekitar tersebut biasanya ada razia di simpang jalan yang kami lewati. Bukan masalah selama kami memang surat motor. Masalahnya, waktu itu kami belum memegang surat motor. Pemilik sebelumnya membawa pulang surat penting motor sehingga walaupun kemudian kami membeli motor tersebut, perlu waktu untuk menunggu suratnya sampai. Selama penantian itu, kami jadi penghuni kampus yang hampir setiap hari pulang malam. Kalau pulang jam 9 atau 10, harus lewat jalan tikus untuk bisa tembus ke area bebas razia. Keluar duit dan melelahkan. Pernah beberapa kali kami nekad mencari jalan tembus sendiri, tapi selalu gagal. Malah pernah hampir keluar tepat di gang depan razia berlangsung. :p  Jebakan batman.

Semuanya berlangsung cukup normal walaupun air sumur kadang-kadang keruh, tidak berdapur, dan jendela tanpa teralis.

Untuk pembayaran, pemiliknya baik sekali karena bisa bulanan. Ini sangat membantu penerima beasiswa (yang waktu pencairannya tidak jelas) seperti kami. Apalagi kami dapat pinjaman tempat tidur ukurang besar, kasur, dan lemari pakai bercermin. Benar-benar anugerah. Sampai suatu ketika, sang empunya rumah merenovasi rumah. Tujuan mereka baik, yaitu menambah ruangan di belakang dan renovasi atap. Sayangnya, mungkin karena kurang terencana dengan baik atau tukang yang kurang mahir, bagian atap yang ditinggikan membuat puluhan nyamuk-nyamuk nakal meraja lela menyerang kami lewat gigitan dan suara yang mengganggu. Itu cukup menyiksa, padahal kami sudah memasang kain kasa untuk menghalangi serangga masuk rumah. Kami terperangkap dengan vampir mini setiap malam! Pernah juga, akibat keteledoran tukang, sebalok kayu besar jatuh membolongkan dek tuang tamu dan hampir melukai saya yang sedang duduk di ruang serba guna itu. Heuheu..

Semester baru tiba. Seorang sahabat lama bernama Nhepa, melanjutkan sekolah di kampus kami juga. Nhepa sangat mujur. Ia mendapatkan kontrakan satu kamar berlantai 2 berkondisi baik. Lokasinya di Cibanteng, tak jauh dari kontakan kami. Dari Nhepa, kami dikabari bahwa ada kontrakan di dekat rumahnya, tepatnya di depan rumahnya. Walaupun tidak bertingkat seperti rumah kontrakan Nhepa, tapi lebih baik daripada rumah kontrakan kami saat itu. Kami pun pindah.

Perpindahan tersebut melelahkan karena kami melakukan hal serupa dengan perpindahan pertama: menggunakan motor. Pertimbangan pertama untuk menghemat biaya. Pertimbangan lainnya karena jaraknya dekat untuk bolak-balik dan kami tidak memiliki banyak barang. Cukup beberapa kali angkut, kami sudah bisa menghuni rumah kontrakan tersebut.

Berhubung di kontrakan sebelumnya kami mendapat pinjaman tempat tidur dan lemari dari pemilik rumah, ketika di rumah baru kami tidak punya kasur dan lemari, jadi harus beli kasur, kontainer baju, dan cermin. Kasur tentunya tak lengkap tanpa bantal, maka kami juga membeli bantal. Untungnya selimut dan sprei sudah punya. Oh ya, di rumah baru juga tersedia dapur kecil untuk memasak, jadi kami juga membeli kompor dan tabung gas kecil, panci kecil, kuali anti lengket, talenan, pisau dapur, berbagai peralatan masak dan makan lainnya. Rasanya semangat sekali mengisi kontrakan baru kami itu. Saya bisa mencoba berbagai resep masakan sederhana yang dapat dikerjakan dengan peralatan seadanya.

Sebagai orang Pontianak kebanyakan yang biasa mengkonsumsi air hujan, kami tidak terbiasa minum air sumur. Maka saya menggunakan air galon untuk masak sehingga 1 galon tak cukup memenuhi kebutuhan air bagi kami berdua, selalu cepat habis. Karena ini, Kanda memutuskan membeli satu lagi. Baru tahun kemarin saya bisa membiasakan diri memasak dengan air sumur yang ditampung bak besar di samping rumah induk semang. Yang penting dimaasak dulu.. :p

Di kontrakan baru ini kami cukup kerasan, cukup lama kami di sana, kalau tidak salah 2 tahun lebih. Sayangnya, pemilik rumah (adiknya induk semang) enggan mengizinkan kami memperpanjang secara bulanan. Ia menaikkan tarif begitu tinggi untuk rumah dengan 1 kamar. Apalagi semua biaya perawatan rumah harus kami tanggung sendiri, rasanya itu sangat memberatkan. Jadilah, di bulan April ini, setelah saya sidang, kami bulat memutuskan hengkang dari kontrakan tersebut. Ke mana? Kami belum tahu sampai pekan lalu..

Alhamdulillahi rabbil 'alamin, pertolongan Allah begitu dekat. Sahabat saya, Nhepa; yang lebih dulu pindah kontrakan, sempat mengambil cuti melahirkan dan masih berada di lokasi penelitian; menawarkan kami mendiami kontrakan barunya. Kebetulan kontrakannya masih kosong, jadi ia minta kami menghuninya dulu sebelum ia kembali ke Kota Hujan bersama anak dan suaminya.

Di hari Jumat penuh berkah ini, kami sudah tiba di kontrakan barunya Nhepa di kawasan Cibeureum. Kali ini kami tidak menggunakan motor melainkan menggunakan jasa pick-up tetangga untuk mengangkut perabotan yang ternyata cukup banyak. Akan sangat melelahkan dan tidak efisien, apalagi jaraknya jauh dan memakan waktu.

Setelah Kanda menyelesaikan pemindahan perabot, kami berdua pun berpamitan kepada induk semang dan para tetangga yang selama ini selalu baik kepada kami. Kami berdua berangkat dengan motor. Alhamdulillah, sebelum sholat Jumat sudah sampai di rumah kontrakan baru dengan tiada kurang suatu apapun, tapi membereskan perabotan yang masih bergelimpangan perlu waktu lebih banyak dan usaha lebih besar. Pindah rumah memang melelahkan...

Saya tidak berniat betah di kontrakan ini karena ingin cepat-cepat pulang ke kampung halaman. Bisa bahaya kalau sampai betah, hehe. Semoga revisi saya segera selesai dan disetujui dosen, lalu bisa segera mengabdikan ilmu. Saya rindu berkumpul dan jalan-jalan dengan keluarga besar. Pontianak, tunggu ya!