4.15.2015

Kala Modem Internet Tercelup Air

Senin siang, modem Kanda lepas dari tangannya dan jatuh tepat di dalam gelas kopi yang ada di sisi kiri meja kerjanya yang kecil. ~Pluk!  Tidak masalah kalau gelas itu sudah kering. Masalahnya, segelas kopi itu masih utuh dan bahkan masih hangat. Nasib...

Kanda terlihat agak panik waktu mengelap modemnya dengan tissue kering. Maklum, modem itu adalah salah satu modalnya mencari nafkah saat ini. Apalagi kami dalam masa paceklik. Tidak ada uang ekstra untuk membeli modem lagi.

Kala Modem Internet Tercelup Air



Ngomong-ngomong tentang modem, sebenarnya saya punya modem serupa berbasis CDMA seperti punya Kanda, tapi belakangan tidak pernah dipakai lagi karena paketnya kurang pas di kantong dan hati. Tidak bisa paket unlimited seperti punya Kanda, jatohnya mahaal. Kalau dihemat, hati yang jadi tak puas. Makanya setahun belakangan, saya menggunakan modem berbasis GSM. Sebenarnya punya Mama' sih, tapi karena lama tidak dipakai (waktu itu di rumah sudah pakai jaringan internet kabel yang sekarang tekor bandar), maka Mama' menghibahkannya kepada saya. Kebetulan cocok dengan laptop saya (laptop saya dan Mama' kebetulan bermodel sama, hanya beda warna). Alhamdulillah, rejeki. ^^

Memang urusan modem, menurut saya, perlu cocok-cocokan juga dengan laptop. Seperti punya Mama' yang sekarang jadi punya saya itu, entah kenapa, tidak bisa dipakai di laptop Kanda. Sebaliknya, modem Kanda sama sekali tidak terdeteksi di laptop saya meskipun sudah diinstal. Begitu juga dengan modem CDMA lama saya. Makanya agak susah hati waktu modem Kanda jatuh ke air kopi. Masak harus beli modem baru, kan? *TemannyaMakIrit* :p

Tiba-tiba saya teringat dengan cerita seorang teman kuliah dulu. Aspidi namanya. Kejadiannya sudah bertahun-tahun yang lalu, saat masih kuliah S1. Waktu itu dia bercerita, ponselnya jatuh ke air. Hebatnya, tidak rusak dan, bip bip bip, masih menyala. Nah, kalau saya tidak salah, dulu teman kami itu segera mencabut baterainya lalu mengeringkan bagian dalam, kemudian ia masukkan ke dalam beras dan dibiarkan di dalam beras sekitar 3 hari. Belakangan saya juga pernah, secara tidak sengaja, membaca informasi bahwa beras dapat menyerap air dari barang elektronik. Antar percaya dan tidak dengan metode itu, saya sampaikan kepada Kanda. Maka setelah kartu di modem dilepas dan modem dikeringkan, Kanda mengikuti anjuran saya. Modem kecil itu ia masukkan ke kantong beras yang ada di rumah. Malam itu, Kanda internetan di kampus..

Besoknya (Selasa), karena Kanda galau kesusahan nge-net, ia nekad menyambungkan modem di laptopnya. Padahal sudah saya bilang untuk menunggu lebih lama, seperti Aspidi, sekitar 3 hari. Maka, bertambah galaulah sudah. Modem tak terdeteksi sama sekali. Sebagai alternatif, modem CDMA punya saya yang lama, dicobakan di laptopnya. Hasilnya? Tidak terdeteksi dengan kartu miliknya (padahal baru beli paket!), tapi untunya masih bisa dipakai dengan kartu CDMA milik saya. Sayangnya, kartu saya itu tidak ada pulsanya, jadi agar bisa digunakan, harus beli paket baru dan merelakan paket di kartunya yang baru sedikit dipakai, hangus.

Kanda lalu berkata ingin nge-net di Kampus lagi. Internetan gratis sebelum beli pulsa kartu CDMA saya. Seperti malam sebelumnya, malam itu Kanda ngenet kampus. Pas pulang, saya tanya, apakah ia ingat membeli pulsa atau kartu CDMA baru, ia bilang lupa. Tapi hari sudah malam, jadi menunggu besoknya.

Kemarin, Rabu siang, saya ingatkan lagi untuk membeli kartu, supaya leluasa menggunakan internet. Maklum, bagaimanapun juga kan kalau pintu rejekinya terganggu, ~ehem, kan saya juga terganggu. Untunglah suami saya itu keras kepala. Iya, saya bilang untung, sebab sebelum berangkat ia mencoba lagi modemnya yang ternyata dibenamkannya lagi ke beras setelah gagal konek. Alhamdulillah, Allah mengizinkan modem itu kembali menyala seperti sedia kala. Normal! Wajahnya terlihat sumringah sekali. Mungkin karena paketnya yang masih banyak tidak jadi hangus. Mungkin juga karena tidak perlu keluar uang lagi untuk membeli kartu baru atau isi ulang pulsa (dan repot-repot mendaftar). Ia pun bisa internetan seperti sedia kala. :)

Alhamdulillah bisa beli beras dan kenal dengan Aspidi yang tahu tentang trik sederhana ini. Benar kata orang bijak, tidak ada kebetulan dalam kehidupan kita. Hanya saja kita baru tahu setelah lama. Semoga pengalaman ini juga bermanfaat buat teman pembaca yang memerlukannya hari ini atau nanti, yaa! Salaam! :)