Salah satu pemandangan indah sawah terasering pinggir jalan yang kami lewati.
Saya suka! :D
|
Okey, pada janji sebelumnya seharusnya kami berangkat pada pukul 6 teng karena sensei Fukamachi dan Azai akan berangkat kembali ke Jepang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada hari Ahad (hari ini) pukul 1 dini hari, jadi harus tiba di bandara sebelum itu. Oleh Bu Nunung, kegiatan dijadwalkan mulai pukul 6 pagi karena perjalanan mungkin memakan waktu 3 jam dan menghindari kemacetan. Estimasi waktu yang diperlukan melakukan kegiatan di Kampung Urug diharapkan bisa dimulai dari pukul 09.00-13.00 untuk menggali informasi dan sebagainya, lalu makan siang pukul 13.00 dan kemudian kembali ke kampus pada pukul 16.00, atau pukul 17.00 jika terjebak macet. Hal ini dilakukan agar Sensei dan Azai sempat kembali ke penginapan yang berada di lingkungan kampus untuk mengambil barang-barang dan kemudian melanjutkan perjalanan menuju bandara. Rencana yang sempurna! :)
Pukul 5 pagi saya sudah sholat, sarapan, mandi dan berkemas. Pukul 6 saya sudah siap tapi belum turun dari rumah karena saya merasa tidak perlu ke kampus. Rumah kontrakan kami yang terletak di daerah Cibanteng (dilalui jika ingin ke arah Ciampea) memberi keuntungan, jadi saya minta dijemput di pinggir jalan saja. Sekitar pukul 6.45, 2 mobil avanza sewaan berhenti di dekat kantor jne cabang cibanteng, alhamdulillah dijemput juga. Saya ditempatkan di kursi depan di samping supir karena Bu Nunung khawatir saya mabuk perjalanan. Yang jadi pengemudi di mobil yang saya tumpangi adalah Anggi, teman seangkatan saya yang juga ternyata pernah dibimbing oleh Sensei Fukamachi saat mengikuti program pertukaran pelajar selama 6 bulan, tahun lalu. Di kursi tengah, Bu Nunung dan Sensei Fukamachi, dan di kursi belakang ada Pak Ian, dosen perencanaan lanskap yang konsen pada lanskap budaya dan jago fotografi. Sedang di mobil satunya ada Azai yang menjadi pengemudi, dan anak APLB 5 orang. Total semuanya, 11 orang.
Di awal perjalanan, saya merasa agak pusing dan mual tapi tidak sampai muntah. Alhamdulillah.. Di tengah perjalanan yang cukup melelahkan bagi orang yang mual, saya terhibur dengan pemandangan lanskap yang kami lewati. Mengambil gambar dengan kamera cukup membuat saya melupakan rasa mual. :)
Kelokan tajam di tepi tebing yang kami lewati. Mana lebar jalannya tidak seberapa.
Ngeri.. >.<
|
Situs budaya batu tapak yang kami lewati, tapi tidak sempat singgah... |
Terasering, teras yang seriiing sekali.. :D cantiiik |
Sawah dan sawit, wih. |
|
Bersambung ke Kampung Urug (Part 2)