11.28.2015

Selimut dan Sarung Bantal Tenun

Setelah menghabiskan makan malam usai penutupan acara pertemuan para tetua adat di wilayah HoB, kami -panitia acara- kembali ke kamar hotel yang khusus di-booking untuk panitia. Cukup banyak barang yang diangkut kembali ke kamar, terutama barang dan perlengkapan dari stand pameran kain tenun yang sengaja ditempatkan di dekat pintu masuk ruang pertemuan selama acara.


Barang-barang yang dipamerkan di stand ada banyak jenis. Ada blus, kemeja, rok, tas, kain, syal, dompet, buku catatan daur ulang, sepatu wanita, dan lain-lain. Yang pasti, semuanya berhiaskan kain tenun ikat Dayak asli, bukan hanya motif. Cantik dan etnik. Sayangnya saya benar-benar lupa untuk memotret masing-masing produk.

Dari semua produk, ternyata ada 1 yang luput dipamerkan, yaitu selimut tenun tebal plus 4 buah sarung bantal kepala dan 2 buah sarung bantal guling dengan warna dan motif senada. Berhubung sedang berada di kamar hotel yang berdesain interior apik dan elegan, termasuk tempat tidurnya, selimut dan sarung bantal pun dipasang untuk keperluan mengambil contoh gambar produk untuk pameran yang akan datang.

Saya pun tidak mau kalah. Walaupun hanya relawan kegiatan, saya juga ikut mengambil foto selimut tenun yang cantik itu. Kenang-kenangan sekaligus untuk membantu promosi produk buatan masyarakat lokal di lokasi penelitian saya dulu, via akun media sosial saya. Saya sadar tidak bisa membantu dengan membeli (karena tidak ada budget nya), jadi semoga bantuan kecil ini bisa bermanfaat buat masyarakat Dayak Desa.


Untuk membuat satu set yang terdiri dari selimut katun yang cukup untuk tempat tidur ukuran 180 cm x 200 cm (king size), 4 sarung bantal kepala (4 pcs pillow case), dan 2 sarung bantal guling (2 pcs bolster case), diperlukan waktu yang cukup lama. Maklum, semuanya dibuat dengan tangan (handmade) seperti layaknya kerajinan tenun tradisional di daerah lain.

Selimut tebal berukuran besar ini memang jarang diproduksi oleh penenun, kecuali sudah dipesan terlebih dahulu (sistem pre-order). Selimut tenun yang kami foto ini pun punya cerita sendiri. Awalnya selimut ini dipesan langsung ke wanita penenun Dayak Desa oleh turis Belanda yang berkunjung ke Desa Ensaid Panjang. Namun karena merasa kurang cocok dengan motif yang dibuat, ia tidak jadi membeli yang ini dan memesan (dan membeli) selimut dengan motif lain yang disukainya. Begitulah akhirnya selimut ini dititipkan untuk dijual secara lebih luas. Siapa tahu ada yang suka.

Kepada teman-teman pembaca yang berminat dengan selimut ini, silakan kontak saya ya. Insyaallah nanti akan saya kirim detil secepatnya. Yang pasti, dengan membeli produk etnik buatan dalam negeri (seperti selimut ini) kita telah membantu mempertahankan eksistensi budaya dan memperkuat ekonomi masyarakat lokal.