7.29.2015

Bakmi Kering Haji Aman

Sebagai penggemar mie, saya jarang menolak kalau diajak makan mie. Mie apapun akan saya coba selama halal. Yaah, walaupun tidak selalu suka dan belum tentu balik lagi karena tidak semua peracik mie pandai membuat mie yang enak. Tapi saya selalu yakin, bukan salah mie nya, tapi racikannya.. *sok bijak* :p


Seperti waktu berangkat ke Sambas pekan lalu. Pas hampir memasuki kota Singkawang, Mama' mengajak kami mencoba bakmi kering. Menurut kabar yang beliau baca dari salah satu koran harian langganan Bapak, bakmi kering tersebut enak. Bapak pun mengiyakan. Eh, maksudnya mengiyakan kalau pernah baca beritanya, hhihi. Belum ada seorangpun dari kami yang pernah mencobanya, jadi penasaran seperti apa rasanya. Saya malah sedikit curiga, jangan-jangan besar promosinya doang.

Berdasarkan info yang diingat Mama' dan Bapak, kami pun sepakat mencoba bakmi kering ternama dari kota amoy itu. Sewaktu hampir memasuki gerbang kota Singkawang, Bang Pari yang mengemudi, diarahkan untuk memelankan laju mobil. Soalnya belum tahu tempatnya. Ternyata dari arah Pontianak, warung tersebut terletak di sebelah kiri jalan, sebelum gerbang Singkawang, jadi tidak perlu menyeberangi jalan. Kami semua pun turun, siap memesan. Sayang, ternyata menu bakmi kering sudah habis, tinggal menu lainnya. Itu sekitar pukul 2 siang atau pukul 3 sore, kurang ingat. Berhubung sudah membayangkan makan bakmie kering, kami enggan singgah untuk melihat-lihat dan mencoba menu lain. Perjalanan ke Sambas kembali dilanjutkan.

Nah, sepulangnya dari Sambas, misi untuk mencicip bakmi kering masih menggebu. Penasaran. Kali ini dengan tambahan 5 personil dari Sambas: Maya, Semol, Isna, Raka, Fika, Caca; yang ikut ke Singkawang untuk berlebaran plus ke pantai. Sekitar pukul 2 siang, kami tiba di warung bakmi kering.

Kabar baiknya, bakmi kering masih tersedia. Alhamdulillah, masih rejeki. Kami semua memesan bakmi kering. Beberapa memesan teh es, tapi saya sih teh hangat saja untuk mengurangi rasa kurang nyaman selama perjalanan. Maklum jalan dari Sambas ke Singkawang cukup berat. Sedang ada proyek pelebaran jalan di Sambas dan Pemangkat, dan saya duduk di kursi belakang. Untung tidak sampai mabuk perjalanan, cuma mual saja. Heuheu.. Untunglah ada teh hangat yang menghangatkan perut. Mual saya berkurang.

Bagaimana dengan bakmi keringnya?

Waktu pertama singgah dulu, saya sempat khawatir masalah kehalalannya. Apalagi kota amoy mayoritas china yang notabene terbiasa menggunakan bahan non halal bagi muslim. Tapi setelah mendengar info dari Mama' dan Bapak, plus browsing di internet, insya Allah halal. Peracik bakmi kering adalah mualaf, china muslim. Orang china memang dari dulu terkenal pandai meracik makanan-makanan enak, jadi begitu mendengar itu diracik seorang muslim, jadi yakin deh, halal. :)


Penampilan bakmi keringnya, menurut saya oke. Menggugah selera. Tampilan bakmi kering haji aman ini mirip mie ayam tanpa kecap. Kuahnya bening dan dipisah di mangkuk kecil lain. Porsinya terlihat banyak, tapi sebenarnya normal kok. Pas lah buat perut saya, walaupun saya pengennya nambah lagi, hhihi. Seporsi terkesan banyak karena kecambah alias toge nya diletakkan di bawah mie, makanya mie nya terlihat banyak.

Soal rasa, alhamdulillah pas di lidah saya, dan keluarga. Bakminya homemade, bukan mie instant. Rasanya unik, seperti ada rasa ikan asin di bagian bawahnya, tapi tidak kentara. Entahlah kalau itu lidah saya yang keliru, tapi Mama' juga mendapati rasa yang sama.

Untuk kuah, sayangnya kurang panas. Mungkin faktor mangkuknya yang kurang menyimpan panas, jadi pas diseruput, kuahnya sudah dingin. Rasa kuahnya jadi kurang nendang. Kurang berkesan. Mungkin itu sebabnya dinamai bakmi kering, sebab tanpa kuahnya pun sudah maknyus. *mode sotoy, hhihi

Menurut saya, harganya normal. Seporsi seharga 13 ribu rupiah (per juli 2015). Ada juga menu lain selain bakmi kering, yaitu bakmi rebus, pangsit kering, dan pangsit rebus. Bakmi rebus harganya sama dengan bakmi kering sementara pangsit (baik kering dan rebus) dihargai 16 ribu rupiah (per juli 2015).

Apa bedanya bakmi dan pangsit? Entahlah, soalnya kemarin kami sekeluarga kompak memesan bakmi kering semua. Hhihi. Karena penasaran kali yaa.. Kapan-kapan deh, kalau ada kesempatan lagi. Sepertinya tempat ini bisa dijadikan langganan. Insya Allah kalau ada rejeki pengen singgah lagi untuk mencicip menu pangsit keringnya haji aman. Insya Allah.. ^^


Oh ya, sedikit info. Warung bakmi haji aman ini luas dan lapang. Sangat leluasa dan cocok untuk keluarga besar. Sayangnya tempat parkirnya kurang luas untuk mobil. Kami jadi parkir di depan ruko di dekatnya. Untung masih dalam suasana lebaran, jadi belum buka. Kalau tidak kan bisa bikin nggak enak hati menutupi jalan ruko orang, heuheu. Selain itu saya juga sempat ke kamar kecilnya. Bersih dan cukup luas, tapi hanya satu, jadi harus ngantri. Lumayan tuh kalau lagi kebelet. Hhihi..

Gitu deh! Mudah-mudahan usaha bakmi kering haji aman ini terus berkembang dengan tetap memperhatikan kenyamanan penunjungnya.