4.17.2014

Hikmah Empat Hari Lewat

Setelah kemarin-kemarin bercerita tentang tema yang sama *mumpung ingat saya jadi tidak sempat menuliskan tentang cerita harian yang bisa saya ambil pelajaran. Jadi hari ini mau rapel tentang 4 hari yang telah berlalu, plus hikmahnya..

#Senin
Dari pagi saya sakit kepala mencengkram. Badan lelah dan lemah, masuk angin. Padahal ahad malam tidur lebih awal dibanding malam-malam sebelumnya. Memang sih malam-malam sebelumnya kurang tidur alias begadang tiap malam (bad habit) tapi harusnya sudah tidak terlalu masalah karena sudah terbiasa.. Kan?

Semakin siang, tubuh semakin limbung. Mual. Tubuh saya dibalur dengan minyak kayu putih, dibawa rebahan tapi tidak juga hilang dan akhirnya, hueks! Jekpot. Aroma bandrek, tablet jamu penolak angin dan asam lambung berbaur menjadi satu. Untungnya belum makan makanan padat, setidaknya bau cairan yang keluar jadi tidak terlalu pekat.

Setelah jekpot sampai lemas, saya tertidur di samping Kanda yang mengerjakan peta site plannya di ruang tamu. Kanda menutupi tubuh saya dengan selimut agar tidak masuk angin lagi.

Siang jauh lebih baik, tapi kepala masih pusing dan tubuh lemah. Saya putuskan istirahat. Seharian itu, rencana saya ikut seminar dosbing kedua, ngasprak mk dosbing pertama, dan latihan GSP batal semua.

Pelajaran :
Jaga kesehatan. Kesehatan terganggu mempengaruhi kualitas kehidupan.

#Selasa
Setelah berbulan-bulan menunda menyerahkan draft akhirnya saya memberanikan diri bertemu dosen-dosen saya. Seperti yang dulu pernah saya ceritakan, masalahnya ada pada saya. Dosbing saya justru menyemangati saya. Beliau berpesan agar tidak berhenti sebelum selesai ketika menulis karena memulainya kembali akan lebih sulit. Ketika saya katakan saya baru mampu membuat hingga tujuan 1 (dari 4 tujuan), beliau berkata tidak masalah sekecil apapun perkembangan yang dibuat, yang penting lakukan terus. Sedikit-sedikit in sya Allah bisa. Beliau juga menyemangati agar bisa selesai semester ini. In sya Allah, ya Allah, aamiin..

Sepulang dari pertemuan dengan dosbing, saya merasa lebih lega dan lebih bersemangat.

Pelajaran:
Harus belajar berani menghadapi ketakutan yang tidak beralasan.

#Rabu
Sore hari latihan bersama teman-teman GSP. Sudah lama saya tidak bertemu teman-teman, terakhir pada saat evaluasi, itupun tidak ikut latihan. Saya berkenalan dengan 2 personel baru, Fai di alto dan Ikma di sopran. Kata teman-teman ada seorang lagi di tenor/bas, saya kurang menyimak.

Teman-teman baru disambut hangat, sebagaimana yang saya rasakan dulu saat pertama kali bergabung. Mereka pribadi yang hangat, bahagia bisa mengenal mereka, walau kadang saya merasa terasing. Mungkin karena faktor usia (sudah tua, hee), status beda (sudah menikah), jurusan beda, asal kota beda, tahun masuk kuliah pun beda.. Saya alien.. :)

Saya bersyukur melihat mereka ceria bertemu saya kemarin. Saya pikir kalaupun saya menghilang mereka tidak ingat, tapi ternyata tidak seburuk itu.. Hehe

Oh ya, rencananya sore jumat pekan depan, tanggal 25, kami tampil. Tapi karena jumat nanti libur, hari sabtu dan ahad teman-teman banyak tidak bisa latihan, maka latihan intensif dilakukan pekan depan mulai hari senin. Jadi harus bisa bagi waktu, tidak ada alasan lagi *monolog

Kejadian berkesan kemarin adalah saat saya diminta Wenny menyanyikan Jali-Jali untuk suara sopran 1, bersama Yuang (sopran 2), Hilda (alto), Ricardo (tenor), dan Donal (bass). Terus terang, saya grogi dan tak percaya diri. Suara mereka kan bagus-bagus sedang suara saya masih cempreng kelamaan tidak latihan, pasti kedengaran, huhu... Tangan saya dingin, bergetar dan lemas di saat bersamaan sampai-sampai tidak mampu membuka lembaran partitur. Padahal sebenarnya sudah hafal dan tak perlu partitur lagi, kan dibawakan saat konser bulan lalu. -_- Pokoknya grogi berat, hehe.. :p

Pelajaran:
Practice make perfect!

#Kamis, alias hari ini
Pukul 11 pagi, menjelang siang. Saya yang sedang membuat sketsa beristirahat karena dilanda ngantuk dan jenuh sedikit. Saya berbaring di dekat laptop yang masih menyala, tapi tidak tidur, hanya meregang badan saja supaya lebih segar. Kanda ke dapur, lalu kembali lagi ke ruang tamu tempat saya berbaring. Pintu memang kami biarkan terbuka agar udara segar mengalir masuk ke kontrakan kami yang pengap tanpa jendela.

Sayangnya, udara membawa seseorang tidak dikenal nyelonong masuk ke rumah kecil kami. Seorang ibu-ibu. Saya kaget bukan kepalang. Kanda tidak jauh berbeda. Kanda meminta ibu itu keluar sampai teras untuk menyampaikan maksudnya ke rumah kami. Katanya sih mau menjual sesuatu di dalam kantong plastik untuk biaya buku anaknya. Entahlah itu alasan yang dibuat-buat atau memang benar-benar seperti itu, kami tidak terlalu perduli karena bagaimanapun kejujuran hanya Allah yang tahu. Yang jadi masalah adalah perilakunya nyelonong masuk ke rumah dan sempat celingak-celinguk membuat kami sangat tidak nyaman, curiga, dan marah. Kalau saja kami tidak di ruang tamu, mungkinkah?

Entahlah..

Pelajaran:
Jangan lengah, salah satunya dengan tidak meninggalkan ruang tamu dengan pintu terbuka. Meminjam perkataan yang dipopulerkan oleh Bang Napi, "Kejahatan bukan hanya karena niat tapi juga karena kesempatan. Waspadalah". Naudzubillahi min dzalik.. Tapi saya bersyukur Allah menjaga kami. Alhamdulillah. Semoga ini bisa bermanfaat juga bagi yang telah membaca sampai sini :)