11.17.2013

Si Merah Jambu

Saya tidak ingat kapan mulainya dan apa yang menyebabkan kecenderungan preferensi barang-barang yang saya beli selama ini hampir selalu berwarna merah jambu. Entah mengapa di penglihatan saya, hampir semua benda yang berwarna merah jambu alias pink begitu menarik.

Saat kuliah dulu, kecenderungan saya terhadap warna merah jambu cukup kentara, sampai-sampai orang di rumah dan teman-teman di kampus menjadikan warna tersebut sebagai hal yang identik dengan saya. Saya sih tidak merasa terganggu, malah agak kaget sebenarnya. Masak sih sebegitunya, gitu. *belum sadar ceritanya* Tapi setelah ditilik-tilik, ternyata warna dominan di lemari pakaian saya memang merah jambu. Mulai dari baju kaos, kemeja, jilbab, jaket, kaos kaki, tas, adaaa saja merah jambu nya. Sajadah dan sprei di kamar saya juga merah jambu. Warna-warna lain ada sih, seperti warna krem, abu-abu, coklat, hitam, orange, merah menyala, hijau kebiruan atau biru, putih. Bahkan untuk sepatu saya tidak suka warna lain selain krem. Tapi ya itu, yang kerap digunakan ya atribut warna merah jambu. Saya merasa nyaman menggunakannya, mungkin faktor bahan yang nyaman juga kali ya..

Saya ingat, pernah suatu waktu, beberapa tahun lalu saat saya dan Kakak masih sama-sama kuliah, kami berburu pakaian lebaran di salah satu swalayan besar di kota kami saat itu. Dari sekian banyak pilihan, saya memilih satu model rok dan satu model celana yang kebetulan ada pilihan warna merah jambunya. Tapi mungkin karena sudah gerah dengan isi lemari saya yang kelewat pink, Mama dan Kakak mendesak *atau menantang* saya untuk memilih warna selain merah jambu yang saya taksir. Mama malah bilang, kalau saya ambil yang selain merah jambu Mama akan membayarkan rok yang saya ambil. Berat hati juga sih, tapi sekali-sekali tidak apa-apalah, saya pikir. Lagipula lumayan kan dapat rok gratis, hehe. Akhirnya untuk celana panjang saya pilih warna krem dan rok saya pilih warna biru cerah. Lucunya, mungkin karena saat itu saya masih remaja keras kepala, setelah sampai di rumah saya mengajak Kakak untuk kembali ke swalayan yang sama untuk membeli rok yang tadi saya taksir, model yang sama dengan rok biru cerah yang baru saya dibeli, hanya saja yang dibeli belakangan berwarna merah jambu lembut. Jadi lebaran tahun itu saya memiliki dua rok yang modelnya serupa. Ckckck, terlaluu...

Untungnya setelah semakin ke sini, walau kecenderungan ke-merahjambu-an itu masih saja ada, tapi masih bisa dikompromikan dengan lebih mudah. Buktinya, saat pindah kota beberapa tahun lalu, barang pribadi yang saya beli tidak melulu berwarna merah jambu. Bahkan tas, sepatu dan komputer jinjing yang saya gunakan setiap hari tidak berwarna merah jambu. Blog ini juga demikian. Memang sih keputusan tersebut karena pertimbangan harus punya cepat (alias kebutuhan) dan pertimbangan penting lainnya seperti model, fungsi, bahan, dan sebagainya, *istilahnya karena terpaksa, hehe* tapi setidaknya sekarang saya lebih bisa kompromi dengan diri sendiri. Walau rasanya seperti meminjam barang orang, tapi lama-kelamaan jadi terbiasa juga kok. ^^ hehe..

Merah jambu juga mengajari saya tentang kehidupan, bahwa tidak semua yang kita inginkan bisa kita miliki dan pantas kita miliki. Kemampuan untuk beradaptasi dengan warna lain juga diperlukan agar hidup tidak monoton merah jambu melulu. Bukankah lukisan yang berwarna-warni lebih indah daripada yang hanya satu warna saja? ;)  jiah, mulai deh sok bijak  Aah, daripada semakin melantur ke mana-mana, saya sudahi sampai di sini dulu saja ya. Intinya, begitulah cerita saya tentang merah jambu. ;)