4.30.2015

Penyusup Misterius

Saya sudah lupa kejadian ini tanggal berapa (karena tidak langsung ditulis), yang jelas kisah ini terjadi pada bulan Juli tahun 2011 lalu. Beberapa hari setelah pernikahan saya dan Kanda digelar.


Penyusup misterius


Pernikahan kami dihadiri oleh keluarga besar yang datang dari jauh. Makanya rumah jadi ramai dari beberapa hari sebelum hari H dan tetap ramai sampai beberapa hari setelah hari H. Rumah kembali seperti biasa ketika keluarga besar kembali ke domisili masing-masing, kurang lebih sepekan setelah resepsi pernikahan berlalu.

Saya ingat betul, hari itu di rumah sudah sepi. Hanya anggota keluarga inti saja yang ada, 6+1, yaitu Mama', Bapak, Kakak, Abang, Saya, Kanda, plus seorang keponakan berusia remaja bernama Isna (dipanggil Anong). Keponakan kami ini adalah salah satu tangan kanan terpercaya waktu acara pernikahan saya. Kebetulan waktu itu ia libur kelulusan SMA dan ingin mendaftar kuliah di Pontianak, jadi tidak langsung pulang ke Sambas.

Malam menjelang. Kami sholat magrib berjamaah di ruang keluarga hari itu. Selepas sholat, Mama' ingin masuk ke kamarnya yang terletak di antara kamar saya dan kamar Kakak, tapi pintu kamar tak dapat dibuka. Mama' dan Bapak merasa sangat yakin tidak mengunci pintu kamar sebelumnya, pun tak ada tanda-tanda handle pintu macet sebelumnya. Biasanya kan kalau pintu mau rusak, sering macet. Ini tidak. Karena penasaran, kami semua turun tangan, satu per satu ikut mencoba membuka pintu kamar yang tiba-tiba "macet" itu.

Sekadar info. Semua pintu di rumah kami punya kunci cadangan berupa kunci slot besi di sisi pintu bagian dalam kamar. Kunci ini sangat praktis dan anti macet, biasa digunakan sehari-hari sedangkan kunci yang pakai anak kunci biasanya baru digunakan ketika akan mengunci kamar dari luar, kalau keluar rumah.

ilustrasi kunci slot yang terkunci dan tidak terkunci
Contoh kunci slot besi yang saya maksud.
Yang atas itu kunci slot tidak terkunci sedangkan yang bawah terkunci

Selain kepraktisannya, ada hal lain yang membuat kami lebih suka kunci slot. Jadi ceritanya, dulu waktu saya dan kakak masih kecil, kami pernah beberapa kali terkunci di dalam kamar gara-gara anak kunci yang nyangkut di lubangnya, tidak bisa ditarik keluar tapi tidak juga bisa diputar. Stuck. Setelah teriak-teriak heboh ala anak kecil, kami akhirnya disuruh keluar dari jendela kamar, disambut kursi yang sudah disiapkan di bawah jendela. Maklum, rumah kami model panggung, jadi kalau langsung loncat dari jendela bisa jatuh dan luka. Itulah sebabnya kami menggunakan kunci slot untuk sehari-hari.

Kembali ke laptop. Setelah masing-masing mencoba membuka pintu, kami merasa ada yang janggal. Bunyi dan dorongan pintu menunjukkan pintu kamar tersebut tidak macet atau rusak, handle  pintu pun tidak terasa nyangkut. Tak salah lagi, pintu dikunci slot dari dalam!

Hah?

Kami pun berhitung. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh. Lengkap kok.

Jadi siapa yang ada di dalam?

Kami saling pandang. Waduh, ada penyusup di rumah kami! Mungkin karena baru mengadakan acara besar, rumah kami jadi sasaran pencuri. Pas pula, uang amplop dari tamu undangan disimpan di kamar tersebut.

Oh tidaaaaaaak!

Beberapa dari kami (termasuk saya tapi saya lupa siapa saja) bergegas keluar rumah untuk memeriksa keadaan jendela kamar dari luar. Terkunci dari dalam! Ternyata si penyusup memilih mengurung diri di kamar tersebut. Nekad dia..

Secara persuasif, Mama' berusaha bernegosiasi dari luar kamar. Membujuknya agar keluar dengan damai. Siapa tahu dia tobat dan menyerahkan diri dengan sukarela. Tapi ajakan tersebut diabaikan. Penyusup itu tidak bergeming. Pintu kamar masih terkunci. Demikian juga jendela. *Kanda dan Abang ipar berjaga di luar rumah, dekat jendela*

Karena tidak ada reaksi, Bapak mengancamnya agar keluar atau pintu didobrak paksa. Itu berarti tidak ada kata damai. Tapi tetap tidak ada jawaban. Ternyata dia memilih cara kekerasan!

Sebelum mendobrak, masing-masing pria (Bapak', Abang, dan Kanda) mempersenjatai diri dengan parang, kapak dan mandau. Jaga-jaga kalau si penyusup membawa senjata. Kanda dan Abang bertugas berjaga di luar rumah untuk mengawasi jendela kamar dan menangkap si penyusup kalau-kalau dia berusaha lari lewat jendela; Mama' dan Anong diungsikan ke ruang keluarga (hanya boleh mengintip); sementara Bapak, Kakak, dan saya menjaga di dalam rumah di depan pintu. Bapak bertugas mendobrak pintu dan meringkus sedangkan Saya dan Kakak berjaga di belakang Bapak. Walau sebenarnya dilarang, kami tidak mau Bapak sendirian menghadapi penyusup yang mungkin melakukan kekerasan karena terdesak. Saya dan Kakak juga membawa senjata waktu itu. Linggis atau semacamnya, saya lupa. Pokoknya pegangan bisa dipakai mempertahankan diri kalau si penyusup nekat menyerang.

Kami semua tegang atas semua kemungkinan, deg-degan!

Setelah siap, Bapak menendang pintu kamar dengan keras. Bam! Pintu kamar terbuka. Kami segera masuk untuk menggrebek. Kanda dan Abang yang menjaga jendela pun bergegas masuk ke dalam rumah setelah mendengar bunyi pintu didobrak. Mungkin khawatir jika penyusupnya menyerang kami karena panik. Toh tidak ada yang keluar lewat jendela.

Tapi nyatanya..... Tidak ada siapapun di dalam kamar...

Jendela masih tertutup rapat. Rapi terkunci. Tidak ada yang keluar lewat jendela. Kalaupun sebelumnya sempat keluar, logisnya jendela harusnya dalam keadaan terbuka, tidak dalam keadaan terkunci rapi seperti itu.

Kami pun menggeledah kamar mungil itu, mengira-ngira tempat yang bisa dijadikan persembunyian oleh penyusup. Mungkin saja penyusup tersebut sedemikian takut sehingga bersembunyi diam di suatu tempat.

Tapi tetap, kami tidak menemukan siapapun..

Mama' segera mengecek penyimpanan uang dari para undangan. Alhamdulillah masih ada di tempatnya dan utuh, tidak ada selembar pun yang hilang. Kami tahu ini karena beberapa hari sebelumnya sudah menghitung dan menuliskan nominalnya di kertas. Begitu pula barang berharga lainnya, tidak ada yang hilang. Bukan pencuri.

Jika bukan pencuri, lalu siapa? Mengapa pintu bisa sampai terkunci dari dalam?

Saya tidak mengada-ngada. Kamar tersebut memang terkunci dari dalam. Ini terbukti dari kunci slot yang kami dapati masih dalam posisi terkunci (seperti gambar di atas) dan sangkutannya terpelanting lepas akibat pintu didobrak Bapak. Dinding kamar tempat menempelnya sangkutan slot juga jadi rusak karena sangkutan slotnya lepas dari dinding. Bisa dilihat di foto ini..

pintu kamar yang rusak
Ini dinding triplek yang bopeng karena ikut terlepas bersama sangkutan kunci slot (yang warna kuning di dinding pink)..
Di foto ini sangkutan slotnya sudah diperbaiki.
kunci slot yang rusak
Kalau di-zoom seperti ini.. 

Kalau slot tidak dalam keadaan terkunci, seharusnya sangkutannya tidak lepas kan? Tapi ini lepas! Kok bisa? Padahal kan... Duuh..

Kami bertujuh hanya bisa bertatap-tatapan melihat ini dengan mata kepala sendiri. Percaya tidak percaya, itulah yang terjadi. Sampai sekarang saya masih merinding tiap kali memikirkan ini. Siapa penyusup misterius yang mengunci kamar dari dalam waktu itu, sampai sekarang tidak ada satupun dari kami yang tahu...

Update di malam yang sama (2015/04/30), beberapa jam setelah publish
Saya baru ingat setelah diingatkan Kakak dan Anong bahwa ada seorang saksi lagi atas kejadian ini: Icad. Ia adalah murid les saya yang memang rajin bersilaturahim ke rumah walaupun bukan jadwal les. Usianya sama dengan Anong. Seperti biasa, malam itu ia datang menggunakan motor. Kalau saya tak keliru, ia tiba waktu pintu akan didobrak atau setelah pintu terbuka. Jadi saksi kejadian ini ada 8 orang...