4.02.2018

Tips Memulai Bullet Journal Bagi Pemula

Sebagai manusia, kita memiliki banyak peran yang harus dilakoni sekaligus dalam kehidupan sehari-hari. Kita dituntut untuk dapat mengatur segala sesuatu dengan baik dan sesuai porsinya sehingga perlu melakukan perencanaan jangka pendek maupun panjang. Ada banyak cara dan metode yang dapat digunakan untuk merencanakan kegiatan sehari-hari, salah satunya adalah dengan bullet journal (biasa disingkat bujo).



Bullet journal sangat baik dalam merekam masa lalu, mengorganisasikan masa kini dan merencanakan masa depan (Ryder Carroll). Sistem ini fleksibel karena dapat diubah sesuai kebutuhan pemiliknya. Sebuah bullet journal dapat berisi daftar / to-do list, agenda, catatan / note, corat-coret / braindump, catatan harian / diary, peta pikiran / mind map, sketsa, doodle, dan lain-lain. Terlepas apakah ini akan tetap menjadi tren di 10 tahun ke depan, menurut saya sistem ini sangat layak untuk dicoba. Berikut ini beberapa tips yang dapat diterapkan oleh para pemula yang mungkin masih kesulitan dalam memulai ber-bujo-ria:


1. Mulai dari komponen perencanaan dasar 

Bullet journal dirancang oleh dan untuk kita sendiri. Sebagai pemula yang kemungkinan besar masih merasa bingung mengisi halaman dengan poin-poin apa saja, cobalah untuk lebih santai dengan mempersiapkan halaman-halaman utama saja, yaitu: halaman daftar isi / index, kunci / key, agenda tahunan / future log, agenda bulanan / monthly log, dan rencana mingguan atau harian (weekly / daily log). Biarkan 1 atau beberapa halaman kosong di antaranya, untuk keperluan corat-coret / braindump tentang ide tentang halaman yang perlu ditambahkan di minggu depan, bulan depan, atau tahun depan. Braindump juga bisa dimanfaatkan untuk catatan ide apapun yang terlintas di benak. Tidak ada batasan dan tidak ada format yang mengikat.

[Lihat Video Mengenal Bullet Journal]

2. Mulai dari tampilan sederhana

Kebanyakan pemula terlalu memaksakan diri dalam menghias halaman buku bullet journal-nya menjadi sangat wah, sementara mereka belum terbiasa. Bagi pemula yang memang berbakat menggambar atau melukis, ini mungkin tidak masalah, tapi bagi pemula yang membuat garis tanpa penggaris pun masih bengkok, ini bisa jadi sangat mengintimidasi dan makan waktu. Menghias halaman bullet journal agar lebih cantik secara visual memang baik dan dapat menjadi terapi relaksasi, namun perlu diingat bahwa menghias bujo bukanlah inti dari bujo. Terlalu fokus menghias bujo justru membuat banyak pemula lebih mudah menyerah karena merasa lelah dan kehabisan waktu hanya untuk sekadar membuat layout, belum termasuk agendanya. Ditambah fakta bahwa halaman yang bagus dapat membuat kita lebih takut-takut menulis di atasnya, maka saya sangat menyarankan pemula untuk memulai dan membiasakan diri di tampilan sederhana dan minimalis dulu sebelum mencoba berkreasi dengan banyak hiasan.

3. Mulai dari perlengkapan seadanya

Banyak orang merasa harus melengkapi perlengkapan bujo terlebih dahulu, sebelum benar-benar memulai bujo. Barang-barang tertentu yang sulit didapat (dan biasanya berharga mahal) seperti buku tulis impor merk X, pulpen kuas merk Y, washi-tape, stiker cantik, dll sering dijadikan alasan penundaan. Padahal tidak ada yang baku dalam bullet journal. Jika di rumah kita hanya mempunyai buku tulis dengan kertas bergaris biasa dan pulpen lama yang masih lancar, percayalah, itu benar-benar sudah cukup untuk modal memulai bullet journal.

4. Jangan takut salah

Membuat bullet journal/ bullet journaling adalah proses belajar yang tak lepas dari coba-coba dan membuat kesalahan (trial and error). Seiring waktu dan pengalaman, kita akan belajar menemukan apa yang cocok dan apa yang tidak cocok untuk kita. Kertas kosong memang terkadang mengintimidasi, tapi di situlah seninya. Coretan pada kertas adalah bukti bahwa kita sudah mencoba, dan kita harus bangga meskipun banyak membuat kesalahan di atasnya.

5. Gunakan "bullet" yang sesuai

Bullet atau penanda adalah kunci (key) dari bullet journal. Gunakan penanda yang cocok dengan kerja otak kita. Tiap orang mungkin berbeda. Pencetus bullet journal, Carroll Ryder, menggunakan tanda silang untuk tugas yang sudah tuntas dikerjakan; namun ada juga orang-orang yang justru menggunakan tanda silang untuk tugas yang dibatalkan dan tanda lain (seperti tanda ceklis atau bulat atau kotak) untuk menandai tugas yang sudah tuntas dikerjakan. Sesuaikan saja.

[Lihat Contoh Cara Menggunakan Key Pada Bullet Journal]

6. Jangan takut mencoba

Dalam membuat layout, kita akan dihadapkan pada banyak pilihan layout dan poin yang perlu dicoba sebelum menemukan yang pas dengan kebutuhan kita. Jika layout kolom tidak bekerja baik, cobalah layout bentuk lain. Bahkan ketika kita sudah merasa cocok dengan layout tertentu, kita boleh saja mencoba layout baru untuk memberi variasi atau sekadar menguji apakah ada layout yang lebih efektif daripada layout yang biasa digunakan. Banyak bereksperimen akan meningkatkan kepercayaan diri dalam membuat bullet journal. Serius!

7. Jangan lupa mengisi daftar isi / indeks

Pemula biasanya sengaja melewatkan langkah mengisi daftar isi/indeks karena merasa halaman ini tidak terlalu penting. Padahal sebaliknya, halaman ini sangat berguna dalam pencarian halaman tertentu. Justru sebagai pemula yang masih sering bingung dan perlu mengulang-ulang, langkah mengisi halaman ini perlu dibiasakan untuk mempermudah dan mempercepat pencarian konten di masa depan.

8. Gunakan penanda untuk halaman penting 

Penanda halaman seperti sticky notes, washi tape, dan stabilo dapat dimanfaatkan untuk memudahkan dalam menemukan halaman tertentu, misalnya pada halaman agenda bulanan / monthly log. Hanya saja perlu diingat untuk tidak terlalu banyak menggunakan penanda agar tidak bingung di kemudian hari. Gunakan penanda warna atau item yang khas jika diperlukan.

9. Letakkan buku di tempat yang mudah dijangkau setiap saat

Meletakkan bujo di dekat kita atau di tempat yang khusus namun mudah dijangkau (seperti meja kerja) akan memudahkan kita memperbarui rencana dan mengingatkan diri tentang apa yang harus dilakukan berikutnya.

10. Gunakan secara digital

Beberapa aplikasi jurnal pada smartphone berfungsi sama dengan bujo analog yang ditulis di buku. Jurnal digital bahkan memiliki kelebihan lain seperti mudah digunakan dan diperbaharui, dapat di-back-up, dan dapat disinkronkan dengan perangkat lain. Namun demikian perlu diingat bahwa jurnal analog tidak kalah bermanfaat, terutama karena menulis dengan tangan dapat memberi efek relaksasi yang tidak dapat diperoleh dari jurnal digital. Apapun pilihan kita tidak masalah, yang penting jurnal bekerja dengan baik. Jika lebih suka yang digital, optimalkan fiturnya. Jika lebih suka analog, optimalkan prosesnya. Pilih aplikasi jurnal digital yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan memori hp, isi setiap hari sebagaimana jurnal analog.

Sekian 10 tips bullet-journaling bagi pemula dari saya. Semoga bermanfaat buat teman-teman yang masih ragu atau bingung memulai bullet journal. Sampai nanti, daah! ^^