Sore ini saya mau makan nasi dengan lauk sotong buatan Kakak kemarin. Asyik... Tapi saat ke dapur, saya melihat wajan sotong sudah diletakkan di tempat cuci piring. Ow ow, ternyata sotongnya sudah habis! Mama yang sedang makan langsung merasa tidak enak. Tak habis akal saya bilang ke Mama mau minta sedikiiit sotongnya karena saya belum mencicipinya sama sekali, barang sesuap saja, kata saya. Tapi ternyataa, ow ow lagiii, sotong di piring Mama sudah habis, terlihat tinggal tomat dan sedikit nasi. Saya tinggal gigit jari... :p
Seandainya saja tadi saya mengikuti saran Kakak untuk memisahkan sedikit ke kulkas... Huhuhu, pilu hatiku... *jiah, lebay, hehehe.
#Nggak segitunya kok. Berandai-andai itu tidak baik. Saya biasa aja, cuma sempat merasa "ngesak" berat (bahasa Pontianak untuk perasaan "tengsin" berat) karena rasanya sedikiiit lagi bisa mencicipnya. Hahahay :D
Sekali lagi saya belajar, begitulah Allah mengatur rejeki hamba-hamba-Nya. Adaa saja cara-Nya mengabulkan atau tidak mengabulkan keinginan kita. Tidak bisa dipaksakan dan tidak berguna disesali. Walau selisihnya sedikit, tapi kalau bukan rejeki tetap saja tidak jadi. Dan sebaliknya, kalau memang rejeki biar tidak dikejar tetap saja menghampiri.
Untuk saya, walau tidak dapat jatah sotong buatan Kakak, saya dapat rejeki perhatian berupa teguran halus dari Allah. Teguran untuk selalu ingat bahwa setiap manusia memiliki porsi rejeki masing-masing. Dan sekali lagi Allah memperlihatkan, meski tidak ada seekorpun dari sotong-sotong itu menjadi rejeki saya, Allah menggantinya dengan udang-udang yang Mama masakkan untuk saya. Alhamdulillah saya sudah kenyang sore ini. :D
Terima kasih Allah, atas rezeki dariMu hari ini... Alhamdulillah.