#1
Penjual lontong sayur langganan kami itu selalu tersenyum saat melayani pelanggannya. Kiosnya tidak besar, bahkan bisa dibilang cuma tempat singgah seperti teras. Hanya ada kursi panjang untuk tempat duduk pelanggan, meja kecil untuk teko air dan meja kaca tempat ia menyimpan dagangannya. Letaknya di sisi jalan, di teras kecil sebuah warnet kecil. Saya belum pernah membeli ketika hari hujan, dan tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan tempat berdagang itu bila hari hujan...
Pak tua itu ditemani istrinya yang setia. Kalau saya tujum, mungkin makanan yang disajikan kepada kami itu adalah masakan istrinya. Rasanya cukup enak dan ukurannya cukup mengenyangkan untuk makanan harga empat ribuan (jadi lima ribu kalo tambah telor.. ^^).
Saya senang sekali tersenyum pada bapak dan ibu penjual lontong sayur itu. Bukan karena minta gratisan ya, tapi saya cukup terenyuh dengan kerja keras mereka. Tangan mereka yang tua bergetar (khas orang tua yang sepuh) tiap menyiapkan lontong sayur untuk kami. Nggak tega juga membiarkan tangan setua itu untuk melayani kami, pengennya sih ngelayanin diri sendiri aja, tapi nggak mungkin lah ya. Ntar porsinya beda. Lebih kasian lagi sama bapaknya... :)
#2
Pagi itu saya dan suami nggak sempat sarapan dan harus buru-buru ke kampus. Alhasil saat di perjalanan, perut kami berontak minta diisi. Untung mata suami saya jeli. Ia melihat seorang pria tua sedang memikul dua keranjang besar yang berisi penuh dengan pisang. Saat saya turun dari motor, saya buru-buru bertanya tentang harga sesisir pisang yang beliau jual. Bukannya langsung menjawab, si bapak malah diam. Saya bertanya lagi, baru deh bapaknya menjawab, "Tujuh ribu neng. Aduh, maaf ya neng, Bapak ambil nafas dulu".
Masya Allah, saya nggak memperhatikan kalo si Bapak ternyata kelelahan membawa beban sedemikian berat. Nafasnya tersengal-sengal dan keringatnya bercucuran deras dari kulitnya yang gelap terbakar matahari.
"Oh, iya pak. maaf", kata saya. "Iya neng, kagak apa-apa. Maklum aja ya, bapak tadi jalannya jauh. Sebenernya ini juga agak dipaksain. Tadi rasanya nggak kuat, bapak udah berkali-kali berhenti. Tapi alhamdulillah udah dekat lagi", jawab beliau sambil tersenyum.
"Emangnya biasanya jualan dimana pak?" tanya saya lagi. "Disono neng. Bapak tiap hari juga jualan disono, deket a-te-em itu. Kalo si eneng sama si akang mau beli pisang mentah atau pisang goreng, ke sono aja ya", katanya sambil promosi. "Iya pak", jawab saya dan suami. :)
Setelah memilih dua sisir pisang dan membayar, beliau berkata "Alhamdulillahirabbil alamin, mudah-mudahan berkah ya neng, kang. Biarpun kerja beginian, mudah-mudahan berkah". Beliau terlihat senang dengan penjualan pertamanya pagi itu.
"Ya, pak, mudah-mudahan berkah ya" jawab saya dan suami. "dan laku semua", kata saya dalam hati.. ^^
#3
Sore kemarin, sepulang dari kampus saya dan suami pergi ke bengkel untuk mengganti kunci motor yang udah "dol". Sambil menunggu, saya memperhatikan orang-orang yang lewat di depan bengkel. Ada dua orang yang menarik perhatian saya, kedua-duanya adalah pria sepuh yang berdagang kecil-kecilan. Pria pertama menjual gorengan sedang pria kedua menjual sesuatu -mungkin kerak telor atau makanan khas lainnya, saya kurang tau pasti. Keduanya membawa beban berat di pundak mereka yang tua. Saya rasa usia mereka benar-benar tidak lagi muda, terlihat dari tampilan fisik dan cara berjalan yang sudah ringkih. Ingin rasanya membeli dari mereka, tapi saya juga takut mubazir kalau jajan terlalu banyak, disamping alasan keuangan juga sih, harus lebih berhemat. Saya takut kalap kalo jajan. hehe...
~~~
Hikmah yang bisa saya petik adalah, perjuangan adalah kemutlakan, tak peduli seberapa tua usia kita. Yang penting berusahalah sebaik mungkin. Malu dong sama kakek-kakek yang saya ceritain di atas. Walaupun notabene mereka (mungkin) berjuang lebih karena desakan ekonomi, tapi mereka menunjukkan kegigihan yang patut diacungi jempol.
Buat yang udah berumur tapi nggak ngalamin hal yang serupa dengan kakek-kakek tadi, bersyukurlah... dan jangan sombong...
Buat yang muda, harus berusaha lebih baik. Pengalaman hidup orang lain adalah pelajaran bagi kita. Tidak perlu mengalami hal serupa untuk dapat mengerti dan berempati pada keadaan orang lain....
Buat yang ngalamin hal serupa, berapapun usia kita, mungkin harus mulai berpikir bahwa kita tidak sendiri.... Berusaha terus untuk dapatkan yang terbaik. Allah selalu mengabulkan jika memang pantas untuk dikabulkan. Semangat!!
Ada yang ingin menambahkan? ;)