4.02.2015

Nasib Rok Baru

Senin pekan lalu, setelah bertemu dosen pembimbing, saya dan Kanda mampir sebentar ke perpustakaan kampus. Di sana kami nge-net. Rencananya tidak lama, tapi turun hujan. Deras. Plus halilintar menyambar-nyambar dengan garang. Beberapa kali lantai terasa bergetar, bahkan ada halilintar yang sukses membuat mobil-mobil yang parkir di sekitar perpustakaan menyala alarm-nya. Berisik secara bersamaan.

Hujan
Hujan (sumber: Rory MacLeod, 2012 /flickr)

Kalau sudah begitu, mana lah kami bisa pulang. Oh tentu bisa kalau dipaksakan, tapi kan ngeri. Saya ingat, dulu awal merantau ke Kota Hujan ini, saya pernah menangis karena Kanda berhenti di pinggir jalan dekat pohon besar saat hujan untuk memakai mantel. Mungkin karena agak tinggi dari permukaan laut, jadi efek bunyi dan cahaya dari halilintar lebih nyes di hati. Maklum, Pontianak terletak rendah, dekat dengan permukaan laut. Kalau tidak salah hanya sekitar 2 mdpl. Tapi apakah benar ketinggian dari permukaan laut berpengaruh? Entahlah, saya belum baca referensinya sih, hihihi

Kembali ke hari itu. Kami yang awalnya ingin sebentar jadi terhambat pulang. Baru teduh ketika hampir maghrib. Kantin perpustakaan sudah tutup, padahal kami berdua haus. Karena itu kami bergegas keluar dari perpustakaan, berjalan kaki menuju parkiran agronomi untuk mengambil motor. Hujan masih rintik halus. Saya membeli dua roti sandwich dan air minum rasa sakura. Alhamdulillah, segar. Selanjutnya kami ke masjid kampus untuk sholat magrib dulu, sebelum ke kantin bakso. Kebetulan hari itu saya pengen sekali makan bakso.

Ketika dalam perjalanan dari masjid menuju kantin bakso, ada satu hal yang tak saya sangka-sangka, terjadi.

Oh ya. Hari itu saya menggunakan rok baru yang dibeli dengan voucher belanja. Roknya cantik. Model kembang payung dengan warna keemasan, berbahan halus, jatuh, tidak panas dan tidak perlu disetrika. Harganya pun ramah di kantong. Rasanya saya suka sekali dengan rok tersebut. Sama sukanya dengan rok baru pemberian Mama'. Sayang rok baru pemberian Mama' koyak karena nyangkut di angkot waktu pertama kali digunakan. Iya, saat pertama kali digunakan waktu mengantar Mama' dan Bapak ke Bandara.

Hampir serupa, nasib rok baru saya itu juga nyangkut. Tapi yang ini lebih brutal: nyangkut di rantai motor yang sedang berjalan. Kaki saya hampir masuk ke geligi roda kalau terlambat sadar. Kemungkinan terburuknya adalah jatuh dengan rok tertarik di motor. Untungnya Kanda tidak laju berkendara, jadi saya sempat memberi tahu agar berhenti dan menepi. Rok saya sudah tertarik banyak. Saya hampir jatuh.

Untuk melepaskan rok yang nyangkut dengan sukses di rantai motor, Kanda memundurkan motor dengan harapan putarannya membebaskan kain. Alhamdulillah, lepas semua! Tapi rok saya jadi hitam terkena oli.

Setelah kejadian, kami tetap singgah ke kantin bakso dan makan di tempat. Lapar. Pulangnya saya segera ke kamar mandi untuk merendam rok dengan cairan pembersih. Tak disangka, saat dilepaskan saya baru sadar ternyata rok saya sudah rusak parah. Selain noda oli, ada lubang-lubang di bagian bawah. Mustahil dijahit tanpa dipotong. Artinya, bukan lagi rok panjang yang bisa saya pakai keluar rumah. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun...

Rok nyangkut di rantai motor
bernoda oli dan bolong, huhuhu..

Padahal saya sudah terbiasa menggunakan rok panjang dari kuliah S1 dulu. Baru kali ini mengalami kejadian rok nyangkut di rantai motor. Kok bisa ya? Hmm... Pelajaran buat saya dan teman-teman wanita yang suka menggunakan rok nih: jangan malas pegang rok jika digonceng dengan motor ya.. #selftalk

Semoga dengan kejadian ini, kami jadi lebih semangat cari uang dan segera dimampukan punya mobil sendiri. Jadi rok saya tidak nyangkut lagi, hihihi... Begitulah nasib si rok baru nan cantik yang tiba-tiba jadi buruk rupa. Untung cuma roknya yang rusak, saya sehat walafiat. Alhamdulillah..