10.20.2016

Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada?

Ngomong-ngomong, gara-gara tulisan kemarin, saya jadi ingat sebuah kutipan dari Khalil Gibran ini deh..
"Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau tunduk kepada-Nya?"

Kalau kamu yang ditanya, jawabnya apa, teman?



Kalau saya yang ditanya, saya jawab dengan yakin, "pasti tidak". Ya, pasti tidak. Manusia kan bukan malaikat. Justru itulah sebabnya kenapa Tuhan menciptakan surga dan neraka, karena Tuhan tuh Maha Tahu atas ciptaan-Nya. Dia tahu ada manusia yang lebih terdorong berbuat baik agar bisa hidup bahagia di surga. Dia juga tahu ada manusia yang lebih terdorong untuk berbuat baik ketika ia ingat siksaan luar biasa berat di neraka. Itulah hebatnya Tuhan..

Makanya, tidak salah kok kalau kita, manusia mengharapkan surga dan takut dijerumuskan ke dalam neraka, karena memang itulah sifat alami manusia. Tuhan menciptakan surga untuk mengimingi manusia tipe wortel agar melakukan hal yang Dia cintai dan menjauhi larangan-Nya. Sementara neraka diciptakan untuk menakuti manusia tipe tongkat agar menjauhi hal yang Dia benci dan melaksanakan perintah-Nya.

(Silakan baca tulisan sebelumnya tentang Manusia Wortel dan Manusia Tomat, yah..)

Menurut saya, keberadaan surga dan neraka itu bukan untuk direnungkan, apakah dengan ada atau tidaknya kita akan tetap ikhlas. Kenapa? Karena direnungkan atau tidak, surga dan neraka itu jelas sudah dijanjikan ada oleh Sang Pencipta, dan Dia tidak pernah ingkar janji. Ini berdasarkan atas kepercayaan yang saya imani, ya.. Maka dari itu, tidak perlu buang waktu dan tenaga terlalu berlarut-larut untuk sekadar membayangkan hal yang tidak perlu, kecuali kalau memang tidak percaya akan kehidupan setelah kematian atau tidak percaya keberadaan tuhan. Atas perbedaan konsep keimanan yang mendasar ini, saya lepas tangan.

Jadi, begitulah manusia. Kerdil dan pamrih. Bohong besar kalau ada manusia yang tidak pamrih. Mayoritas kita percaya bahwa apa yang kamu tanam, itu yang akan kamu tuai. Bahwa karma dan balasan pasti berlaku, baik itu karma baik ataupun buruk. What goes around comes around.  Bahkan penganut konsep reinkarnasi pun percaya bahwa kehidupan sekarang adalah buah kehidupan di masa lalu, dan kehidupan yang sekarang perlu dijalani sebaik-baiknya agar kehidupan yang akan datang lebih baik dari kehidupannya sekarang (atau minimal sama baiknya dengan kehidupan sekarang).

Konsepnya sama. Pamrih kan, tapi sangat manusiawi kok...

Intinya, mau ngomong apa sih net? :p

Intinya, apapun yang memotivasi kita menjadi lebih baik --termasuk masalah surga dan neraka--, hargai itu sebagai karunia-Nya. Kita tuh bukan malaikat yang diciptakan tanpa rasa pamrih, nafsu, dan emosi. Kita adalah manusia, dengan segala lebih maupun kekurangan kita. Manfaatkan harapan untuk mendapatkan surga atau berdayakan kekhawatiran untuk menjauhi neraka. Toh surga dan neraka memang diciptakan untuk manusia, kan. Masalah layak atau tidaknya usaha kita, hanya Yang Maha Kuasa yang menentukan. Yang penting niatnya legal dan dilakukan dengan baik. Bukan begitu? ;)