11.29.2015

Bermalam di Hotel Aston Pontianak

Saya bukan orang yang terbiasa menginap di hotel. Ketika keluar kota, saya lebih sering bermalam di rumah keluarga atau kerabat yang berkenan menampung. Menginap di hotel baru jadi pilihan kalau opsi sebelumnya tidak memungkinkan.

Naah, karena pengalaman saya menginap di hotel masih sangat minim, jadi tulisan review kali ini hanya cerita kenangan saja ya. Tapi saya tetap berharap kalau tulisan ini bisa bermanfaat juga bagi yang ingin tahu tentang kesan dari pengunjung di Hotel Aston Pontianak.


Terus terang, saya tidak tahu tipe kamar apa saja yang tersedia di hotel ini, berapa biayanya dan apa saja fasilitasnya, I have no idea. Yang pasti waktu itu, sepekan yang lalu, karena acara yang Kanda dan saya panitiai berlangsung di salah satu ruang pertemuan Hotel Aston Pontianak, maka kamar hotel yang dipesan adalah kamar yang besarnya cukup untuk melakukan pertemuan panitia dan menyimpan perlengkapan penting yang akan digunakan selama acara berlangsung.

Kamar yang menjadi markas panitia terletak di lantai 2, sementara ruang pertemuan terletak di lantai 5. Tidak perlu berjalan terlalu jauh dan terlalu lama.

Sekadar info. Hotel Aston Pontianak terdiri dari beberapa lantai, yaitu lantai bawah tanah (lantai parkir), lantai 1 (lobi resepsionis), lantai 2, lantai 3, dan lantai 5.

Serius, teman-teman tidak salah baca. Memang tidak ada lantai 4 di hotel ini. Menurut teman-teman saya yang biasa menginap di hotel, di kota kami memang jarang ada hotel yang memiliki lantai 4, melainkan langsung loncat ke lantai 5. Jadi hal ini bukan hanya di hotel Aston. Saya kurang tahu di kota lain. Cmiiw.

Katanya sih, penomoran ini pengaruh kepercayaan orang China (salah satu mayoritas penduduk terbanyak dan juga mayoritas pengusaha hotel di Kalimantan Barat) yang menganggap bahwa nomor 4 adalah nomor yang kurang hoki, kurang heng, alias kurang beruntung. Lebih jauh, berasosiasi dengan kematian. Yah, mirip-mirip dengan kepercayaan angka 13 sebagai angka yang kurang baik menurut orang Inggris. Menarik ya!

Sayangnya saya lupa memotret lampu lift lantai parkir yang menunjukkan hal ini.


Saat pertama kali masuk hotel ini, setelah memarkir motor, saya dan Kanda melewati lantai parkir, naik ke lantai 1 menggunakan lift. Di lantai 1 kami menuju lobi resepsionis untuk check in dan mengambil kunci kamar, baru kemudian ke lantai 2 dengan menggunakan lift berdinding transparan yang ada di dekat lobi (bukan lift sebelumnya). Belakangan saya baru tahu dari Kanda, kalau naik ke lantai 2 langsung dari lift parkir, kita bisa nyasar ke diskotik. Kanda dan yang lain pernah nyasar, soalnya. Jib ajib ajib.. ^^

Di kamar hotel, saya cukup terkesan dengan desain interior yang elegan ala hotel. Maklum, di rumah kami kan nuansanya beda. Yah namanya juga rumah, kaan, bukan hotel. *mulai ngeles


Di kamar tersebut, terdapat tempat tidur dan satu set sofa . Ada tirai coklat yang menutupi jendela kaca besar di salah satu sisi ruangan. Pemandangan di luar jendela tidak spesial karena berhadapan dengan bangunan ruko di seberang jalan.

Di depan tempat tidur ada lemari TV, tentunya lengkap dengan TV layar datar. Remote TV, remote AC, sebuah telfon, dan daftar saluran TV terletak di salah satu meja kecil yang terletak di sisi tempat tidur. Di meja kecil lainnya ada colokan listrik.


Kami rapat di sofa dengan meja segiempat dari kayu beralas karpet permadani. Beberapa dari kami duduk di bawah melingkari meja ketika rapat berlangsung.


Di depan sofa, ada meja rias yang dekat dengan meja kecil. Di meja kecil tersebut tersedia kulkas mini, teko listrik, 4 botol kecil air putih, 2 mug, 2 batang pengaduk, beberapa bungkus teh, kopi, gula, dan kremer. Tepat di sebelahnya terdapat tempat duduk yang bagian bawahnya bisa digunakan untuk menyimpan alas kaki.


Sambil memasang sepatu, kita bisa mengecek penampilan sebelum keluar ruangan karena di depan tempat duduk ada cermin besar. Cermin ini juga bagus untuk mengambil foto outfit of the day. Hhihihi.


Di samping cermin adalah pintu kamar mandi. Di dalamnya, kita bisa mandi air hangat untuk relaksasi karena ada bathtub nya, dan keran air hangat dan air dingin yang berfungsi dengan baik. Tapi kalau mau mandi cepat dengan shower juga bisa.


Ah ya. Wastafel di kamar mandi transparan, berdamping dengan cermin besar yang terletak di sisi seberang bathtub. Ini memunculkan kesan ruangan yang lebih luas dari sebenarnya. Ide desain interior yang bagus untuk menyiasati ruang sempit seperti kamar mandi. Tapi perlu diingat, perabot transparan harus rajin dibersihkan agar tidak kusam dan kotor.

Untungnya di hotel ada room service, ya..


Alat mandi disediakan di hotel ini. Seperti di hotel lain, keperluan mandi seperti shower cap, sabun, shampoo, sikat gigi, dan odol akan diganti baru setiap hari. Tapi, untuk alas tempat tidur, handuk, dan kimono mandi hanya akan dirapikan dan baru diganti jika kita meminta demikian. Caranya dengan meletakkan handuk dan kimono tergeletak di lantai atau meletakkan kertas penanda khusus di atas tempat tidur ketika room service akan membersihkan ruangan. Katanya, ini untuk mendukung hotel menghemat air. Bagus juga ya..


Ceritanya, karena panitia yang lain tidak bermalam di kamar hotel, malam itu saya dan Kanda tidak pulang ke rumah. Kami pun menginap di kamar hotel tersebut. Setelah menyiapkan untuk acara besoknya, saya menyempatkan mandi air hangat. Nyaman sekali. Agar tidak masuk angin karena mandi malam, saya setel suhu AC tidak terlalu dingin. Bip bip.


Esoknya, pagi-pagi sekali, kami pulang ke rumah karena tidak bawa baju untuk acara. Bayar parkir, hiks. Setelah itu kami kembali lagi ke hotel untuk mempersiapkan acara. Agar tidak berkali-kali membayar parkir, kami panitia acara minta cap bebas parkir dari hotel. Ternyata bisa seperti itu.

Begitulah cerita saya menginap di Hotel Aston Pontianak. Sudah dulu ya. Salaam!