6.20.2015

Pensieve Ramadhan: Hari Ketiga yang Heboh

Hari ini adalah hari yang kami tunggu. Akhirnya, pulang kampung, yeeey!! :D
Semalam saya baru bisa tidur pukul satu. Pukul 2 sudah bangun tapi dipaksakan tidur lagi. Tidur saya tidak nyenyak. Ada banyak faktor. Pertama, karena banyak nyamuk gara-gara alat pengusir nyamuk keduluan dihibahkan. Kedua, karena panas. Iya, Bogor beberapa waktu belakangan memang agak panas. Sedang jarang hujan. Ketiga, mungkin karena saya terlalu bersemangat untuk pulang. :p  Tiga kali alarm waker ponsel saya berteriak. Saya bangun tapi rasanya badan masih kurang nyaman, tapi dilema juga kalau tidur karena saya akan merasa sangat bersalah kalau sampai ketinggalan sahur hari ini. Perjalanan panjang, kawan! Jadi harus sahur. Pukul 4 lewat beberapa menit baru saya bangun full walaupun sebelumnya tidur pun tak nyenyak.

Oke, sudahlah. Intinya, tadi pagi saya dan suami sahur dengan tiada kurang apapun, alhamdulillah. Nasi ada, lauk enak, air minum pun menyegarkan. :)  Eh tapi sayang disayang, rupanya Kanda juga masuk angin. Jelang sholat subuh, ia malah muntah-muntah. Sebenarnya tak beda dengan Kanda, saya juga masuk angin tapi syukurnya tidak sampai muntah, hanya mual. Bahaya nih kalau sampai dua-duanya error di perjalanan. :(

Setelah subuh, saya tidak tidur lagi. Bantu-bantu suami mengemaskan barang-barang. Setelah segala persiapan yang cukup repot karena harus mengosongkan rumah kontrakan dalam beberapa hari, pagi ini semua barang sudah kemas. Ada yang akan kami bawa pulang, ada yang dihibahkan, ada yang dititipkan, ada yang dikirim, ada yang dibuang. Banyak kan kategorinya, hehe..

Beres dengan koper, saya sempatkan berbaring karena rasa mual menjadi-jadi waktu memasukkan pakaian kotor yang tidak sempat dicuci. Huek! Saya merasa mencium bau kendaraan umum yang bau tak sedap dan apek. Berkali-kali begitu. Entahlah karena efek kurang fit atau hanya sugesti. Tapi kalau dipikir-pikir, setelah berkata pada diri sendiri kalau hari ini tidak naik kendaraan umum yang bau, panas dan mungkin kalau dipaksakan sekarang bisa membuat saya muntah benaran melainkan naik mobil sewaan yang mengantar dari rumah ke terminal, rasa mualnya berkurang sedikit. Jadi saya asumsikan itu karena sugesti. Fisik yang tidak fit juga ternyata menuntut saya memenuhi kewajiban istirahat. Tanpa sengaja saya terlelap tidur sebentar tak sampai 20 menit. Sebentar yang bermutu. 

Setelah mandi pagi dan memakai pakaian yang nyaman dipakai, santai, dan rapih, kami berdua pamit kepada Bu Lusi (induk semang) yang telah berbaik hati menyewakan tempat bagi kami selama sebulan; serta Nhepa sekeluarga yang telah banyak membantu dan berbagi rejeki, Paket yang masih ada satu buah diantarkan ke kantor pos sekitar pukul 08.00 dengan meminjam motor Nhepa karena motor kami sudah dititipkan kemarin. Pulang dari mengantarkan motor Nhepa, sekitar pukul 09.20, kami berdua pulang jalan kaki. Kontrakan kami memang berdekatan dengan kontrakan Nhepa, satu komplek beda blok saja. Pun sudah lama tidak jalan berdua, jadi saya senang-senang saja. Saya akan merindukan suasana pagi di kompleks tersebut. :)

Nyaris pukul 10.00 pagi, waktu yang dijanjikan, pak supir mobil sewaan tiba. Setelah membawa barang-barang ke mobil, kami mengembalikan kunci kepada induk semang dan pamit sekali lagi. Perjalanan pulang pun dimulai. 

Pada awalnya arus lalu lintas cukup sepi, lalu ramai lancar, lalu macet! Padahal pak supir sudah mengambil rute memutar, melintasi rel kereta api yang selalu bikin saya bergidik. Untungnya macet hanya di satu tempat saja. Setelah itu tidak ada kendala berarti. Kami tiba di terminal Damri Baranang Siang sekitar pukul 11.00 siang dan naik bis sekitar sepulu menit setelah beli tiket. Sepanjang perjalanan saya tertidur. Ngantuk sekali. Tahu-tahu sampai di Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 12.40 siang. 

Tiba di terminal 1B, kami segera check-in. Petugas yang melayani kami sangat ramah dan komunikatif. Pas timbang bagasi, uwih, ternyata barang-barang bawaan kami cukup berat. Koper pertama sekitar 13 kg, koper kedua sekitar 15 kg. Keduanya masuk bagasi. Untuk bawaan kabin, daypack Kanda sekitar 9 kg (melebihi batas kabin yang hanya 7 kg) sedang daypack saya sekitar 7 kg. Keduanya dapat tag bagasi kabin. Sementara bawaan berukuran kecil tidak diberi tag. Total semua tas bawaan kami berjumlah 8 tas. Benar-benar pulang kampung deh, hihii.. Delapan tas tentu repot. Terbayang kan?! 

Ngomong-ngomong tentang tas bawaan yang banyak dan kerepotan yang dihasilkannya, tadi ada kejadian lucu yang bikin deg-deg-an. Jadi ceritanya, sebelum masuk ke gate yang ditentukan, saya dan Kanda bergiliran sholat di mushola bandara. Kebetulan sifat feminim sedang kumat. Waktu giliran saya, tas kosmetik ikut dibawa serta ke mushola. Saya tidak berdandan sih, hanya bersih-bersih saja supaya segar, mengingat masa penantian yang panjang karena kami baru akan bertolak dari Jakarta sekitar pukul 18.00. Nah, rupanya saat saya asyik bersih-bersih, Kanda sedang gelisah karena baru menyadari kalau salah satu tas bawaan kami raib! Karena untuk mencapai gate melewati beberapa pos pemeriksaan keamanan, jadi kemungkinan tas kecil yang raib itu tertinggal di salah satu pos. Jadi setelah saya keluar mushola dan sedikit protes, Kanda meminta saya menjaga tas yang ada sementara Kanda mencari tas yang raib. 

Tak berapa lama, Kanda kembali. Wajahnya sumringah karena berhasil menemukan tas yang dimaksud. Ternyata tas tersebut tertinggal di pintu pemeriksaan pertama. Alhamdulillah. Kami pun segera masuk ruang tunggu gate. Sambil ngobrol segala macam, Kanda baru menyadari kalau ponselnya tidak ada! Saya bilang, mungkin kali ini terselip, jadi saya berinisiatif melakukan keahlian lama saya: misscall :p  Tak disangka, bukannya nada dering yang terdengar di salah satu dari 6 tas yang akan kami bawa ke kabin, melainkan suara seorang wanita di seberang sambungan. Wanita tersebut memberitahukan bahwa ponsel yang saya hubungi (ponsel Kanda) tertinggal di salah satu pintu pemeriksaan. Wahaha, rupanya Kanda begitu bersemangat waktu mendapatkan tas yang tadi sempat raib sampai-sampai lupa mengambil ponsel nya waktu melewati detektor keamanan di pintu pemeriksaan 2. Untung si embak yang menjawab baik ya. Kanda pun bergegas ke tempat yang dimaksudkan dan alhamdulillah, ponsel kembali di tangan. Terima kasih kepada mbak yang membantu mengamankan ponsel Kanda, siapapun namamu, mbak.. ^^

Setelah tertawa-tawa dan sempat selfie untuk kenang-kenangan, kami mati gaya. Nasib belum punya smartphone, hhihi. Apalagi acara yang diputar salah satu saluran tv swasta yang disetel di bandara begitu menyakitkan batin dan pikiran. Dari film India yang bercerita tentang kisah selingkuhan yang membuat saya bersungut, sampai telenovela Turki yang tak kalah bikin sakit kepala. "Masak iya ada nenek-nenek sebegitu galak sama cucunya. Jangan-jangan nenek yang tertukar tuh", kata Kanda. Hihihi.. 

Rasa bosan akibat mati gaya, sebal dengan acara tv, dan keinginan supaya dekat dengan pintu masuk (supaya tidak terlalu jauh bawa barang yang banyak) membuat kami beberapa kali pindah posisi. Alhamdulillah di lokasi terbaru tempat saya mengetik postingan ini, selain dekat dengan salah satu pintu masuk, juga ada colokan listriknya (bisa menyalakan laptop), tempat duduknya lumayan dari sebelumnya, dan ada wi-fi gratis. Yey! Tak mati gaya lagi deh. Biarlah tv tetap berbunyi riuh di depan kami. Kami berdua sedang asyik nge-blog nih. *tak terganggu* :D

Gitu deh cerita setengah hari ini. Sekarang sudah pukul 17, jadi saya tidak bisa berlama-lama internetan. Kami berangkat pukul 17. 55. Kemungkinan berbuka puasa di pesawat. Doakan penerbangan kami lancar ya teman-teman! Insya Allah akan saya sambung lagi kalau ada waktu. Salaam! ^^