12.06.2014

Akur Dalam Perbedaan

Saya adalah anak kedua dari dua bersaudara (alias bungsu). Saya punya Kakak satu-satunya, Lia namanya. Usia kami terpaut 22 bulan 16 hari, Kakak lahir di bulan Desember sedang saya di bulan Oktober dua tahun setelahnya.
(sumber gambar: www.pinterest.com)

Bisa jadi karena usia yang tidak jauh dan satu-satunya saudara bagi satu sama lain, kami jadi sering bersama. Dari koleksi foto yang saya punya, sepertinya foto yang paling banyak adalah foto berdua dengan Kakak. Ini cukup memberi bukti bahwa kami memang hampir selalu bersama dari kecil. Nempel terus kayak prangko. Dari TK sampai SMA, jenjang S1 pun di universitas yang sama, cuma beda fakultas. Dari berbagai kesamaan itu, tentu saja ada yang berbeda. Banyak, malahan!

Dari segi fisik, (kata orang) Kakak lebih mirip Mama, sedang saya lebih mirip Bapak. Dulu waktu belum jilbab-an, kami terlihat jauh berbeda. Alhamdulillah setelah sama-sama berjilbab jadi lebih mirip. Yah, Saya sama Nhepa dan Desmy (dua sohib masa SMA) yang beda jauh saja bisa dibilang mirip setelah jilbab-an, tentu saja dengan Kakak sendiri harusnya lebih mirip. Ya kan? :D

Ada lagi. Walaupun sama-sama anak perempuan, kami punya sifat berbeda sedari kecil. Kakak cenderung tomboy, ramai, dan ceria; sedang saya lebih cenderung pendiam, patuh, dan agak cengeng. Kakak juga berani dalam menyampaikan pendapat, sedang saya lebih sering khawatir tentang hal yang belum terjadi. Sepertinya karena beda sifat itulah kami kecil sering berantem, cek cok tiap hari. Menyitir pengakuan Kakak setelah besar, "Senang saja, melihat adek menangis". Alasan apa itu? :p   Hihihi. Kalau ingat itu saya jadi senyum sendiri. Si usil dan si cengeng. Benar-benar kombinasi luar biasa..

(sumber gambar: www.fun2.in)
Untungnya setelah lebih besar (masuk usia remaja) kami tidak lagi gaduh kalau bertengkar. Paling kalau saya sampai nangis, ya sesengukan sendiri sampai mata bengkak (ketahuannya pas besoknya masuk sekolah, mata sembab). Atau lebih seringnya kami diam-diaman tak bertegur sapa. Rumah langsung terasa sepi. Berhubung hanya punya satu saudara, tak bertegur sapa benar-benar bikin perasaan sangat tak nyaman, lho. Alhamdulillah setelah lebih besar dan lebih dewasa lagi, kami usahakan menjauhi pertengkaran yang tidak perlu.  Kalau marah-marahan pun diusahakan sebentar, tidak lebih dari 3 hari. Pernah sih, satu kali rekor lebih dari 3 hari, tapi karena sudah pada besar, yaa, sudahlah.. #Bondan mode on

Oh ya, ada lagi. Saya senang sekali warna pink sedang Kakak suka warna hitam. Kakak malah dulu pernah bilang tidak suka warna pink. Terlalu tomboy sih! Padahal pink kan cantik, ya? *maksa* Baru setelah masuk kuliah Kakak menyatakan mulai suka warna "pink gelap" alias ungu.. :3  *maksa lagi*

Sebenarnya tak baik ya, membanding-bandingkan. Tapi tulisan ini sengaja saya tulis sebagai pengingat bahwa perbedaan bukanlah suatu hal yang menghalangi untuk akur dengan saudara/saudari. Lebih-lebih kalau bukan tentang hal yang prinsip. Bahkan Rasulullah meneladankan muslim untuk tetap akur dan sopan kepada orang yang berbeda keyakinan dengan kita, asalkan orang tersebut tidak menghina keyakinan kita. Apalagi dengan saudara kan? karena bagaimanapun saudara adalah salah satu pemberi warna bagi kehidupan kita. Orang yang dengannya, kita berbagi kenangan masa kecil dan berebut perhatian orang tua.

Begini kira-kira kalau Kakak (ENFP) dan saya (INFJ) ketemu...
(sumber gambar: infjreflextions.wordpress.com)

Hubungan saya dan Kakak memang tidak mulus, selalu naik turun sampai sekarang. Kadang akur, kadang berantem. Kadang sepaham, kadang juga bertentangan. Perbedaan kami banyak, tapi kesamaan kami lebih mendasar: rasa sayang. Alhamdulillah, rasa itu berkembang setelah ditanam lewat didikan orang tua kami, terutama Mama..  

Love you, kak! XOXO +Ameldalia Lia Karmoni

And Happy Birthday! ;)