12.10.2016

Pengalaman Makan Malam Lesehan di Sari Bento

Pas ultah kakak di bulan terakhir ini, saya diajak makan malam bersama di luar. Setelah dipertimbangkan, tempat makan yang kami tuju kali ini adalah restoran keluarga bermenu ala Jepang. Nama restonya, Sari Bento.

Restoran Sari Bento berlokasi di dalam kompleks Museum Kalimantan Barat, Jl. A Yani, Pontianak. Kalau dari jalan besar, bangunan resto ini tidak kelihatan. Bukan karena kecil, tapi karena letaknya masuk ke dalam.
Sebenarnya ini bukan kunjungan pertama saya di resto tersebut. Dulu waktu hamil Weissar, saya juga pernah diajak buka puasa Ramadhan di sana. Itu berarti sekitar 3 tahun lalu. Dulu Kanda tidak bisa ikut karena sedang berada di Kota Hujan, kali ini Kanda kembali tidak bisa menemani saya karena sedang berada di Kota Uncak Kapuas. Belum rejeki..

Nah, kalau dulu kami datang beramai-ramai dengan beberapa motor, kali ini kami pergi dengan mobil. Mobilnya mobil sewaan yang digunakan untuk mengantar Bapak check-up ke rumah sakit. Mudah-mudahan nanti bawa Mama' dan Bapak jalan-jalan dengan mobil pribadi. ((")(")) 

Untuk masalah parkir, insyaallah halaman resto ini cukup untuk menampung kendaraan pengunjung. Selain itu ada juru parkir yang siap sedia membantu merapikan motor dan mengarahkan mobil. Kalau saya tidak salah ingat, parkirnya gratis. cmiiw.

Dari tempat parkir, sebaiknya pengunjung lapor dulu ke pelayan resto untuk minta dicarikan tempat kosong. Selain agar pelayanan lebih cepat --karena mereka jadi "ngeh" kalau kita baru datang dan menunggu dilayani--, kita juga tidak perlu repot bolak-balik untuk mengecek tempat kosong. Akan lebih baik lagi kalau sudah melakukan reservasi sebelumnya, sih. Sekadar jaga-jaga supaya kebagian tempat (baik di lesehan maupun di dalam gedung). Kalau mau langsung juga bisa, seperti kami kemarin. Cuma jangan coba-coba pas di bulan puasa, bisa telat buka nanti. Hehe..

Sebagaimana kebiasaan keluarga saya, selama tempat makan bisa lesehan, lesehan akan tetap jadi pilihan pertama. Soalnya kan enak ya, bisa selonjoran. Hehe. Tapi kalau memang tidak ada ya tidak apa-apa juga sih. Di gedung utama resto ini sebenarnya ada banyak tempat duduk. Bisa banget lah buat nge-date sama suami. Tapi saya kurang tahu gimana suasana makan di dalam gedung tersebut karena alhamdulillah selalu kebagian tempat lesehan.

Tempat lesehan resto ini berupa pondok-pondok mirip dangau yang berada di depan gedung dan sekitar halaman parkir. Tiap pondok ada meja panjang untuk menyajikan hidangan. Jarak antar pondok tidak terlalu dekat, jadi terasa lebih privat. Paling tidak jadi tidak khawatir mendengar obrolan aneh dari pondok sebelah, dan sebaliknya. Ya kan capek juga kalau dengar keberisikan orang. Makan itu perlu ketenangan lho. Hihihi

Penerangan di pondok lesehan temaram. Ini kurang memadai untuk foto-foto, tapi bisa lah buat baca daftar menu. Tidak ada stop kontak untuk mengecas hp. Berhubung pondok tidak punya dinding alias terbuka, jadi banyak nyamuk. Untuk mengurangi nyamuk, dari pihak resto menyediakan obat nyamuk bakar yang diletakkan di bawah meja. Baunya cukup mengganggu sih (hidung saya sensitif), tapi tak apa, daripada digigit nyamuk-nyamuk nakal.

Btw, di kunjungan saya dulu, kami sekeluarga kebagian di pondok lesehan yang berada di ujung yang dekat tempat parkir, kali ini kami rejekinya dapat pondok lesehan di ujung yang terletak di depan taman kecil. Di taman tersebut terdapat beberapa fitur permainan seperti jungkat-jungkit, ayunan, dan kursi ayun. Sambil menunggu pelayan menyiapkan pondok (maksudnya bebersih dari pengunjung sebelum kami), saya sempat duduk di taman. Sebenarnya pengen main ayunan, tapi ayunannya terlalu rendah. Begitu juga jungkat-jungkitnya. Sepertinya taman ini lebih diperuntukkan kepada pengunjung anak-anak. Orang dewasa paling-paling mainnya di kursi ayun..

Eh, ini mau cerita main atau mau cerita makan? ;p

Setelah duduk di pondok yang sudah disediakan, kami langsung dilayani. Entah saya yang kurang memperhatikan atau gimana, tapi kalau tidak keliru, pelayan-pelayan di bagian pondok lesehan kebanyakan laki-laki. Kurang tahu untuk yang di dalam gedung. Mungkin ini karena melayani pengunjung lesehan lebih melelahkan (terutama mengingat jarak) dan butuh tenaga ekstra, jadi tenaga laki-laki lebih diperlukan. Saya senang saja sih. Selama wajah dan sikap pelayan ramah dan sopan, laki-laki atau perempuan tidak masalah buat kami. Berdasarkan banyak pengalaman, menurut saya, percuma paras pelayan cantik atau tampan kalau pelayanan tidak prima. Kalau ucapan dan/atau kelakuannya kasar dan ketus, rasanya kapok mau balik lagi. Ya nggak?

Mengenai pelayanan, menurut saya sudah cukup baik. Pelayan yang meladeni kami tetap sabar waktu kami masih bingung pilah pilih menu makan malam apa yang pengen kami makan. Ditanya tentang menu juga bisa menjelaskan. Beberapa orang dari mereka juga cukup cekatan. Pas datang, langsung diantar ke pondok yang baru kosong; pas kompor tidak menyala (pemantik apinya bermasalah), langsung membantu; pas minta tolong ambilkan foto sekeluarga, langsung sigap menjepret tanpa menunjukkan muka masam. Ini remeh, tapi penting untuk kepuasan pengunjung.

Tentang menu, menurut saya resto keluarga ini cukup variatif. Pilihannya banyak, jadi susah untuk disebutkan satu per satu. Males banget tau', hhihi. Walaupun di sini banyak menu bernuansa Jepang (seperti shabu-shabu/steamboat, katsudon, tendon, oyakodon, tempura, miso ramen), insyaallah resto ini termasuk satu dari sekian tempat makan halal di Pontianak --menurut tim survey Muslim Food Indonesia (tapi belum bersertifikat halal dari MUI).

Ah ya, sekadar info. Saya sangat tidak merekomendasikan menu ramen di resto ini, ya. Kenapa, karena mie yang dipakai adalah mie telor! Itu mengecewakan, serasa makan mie instan. Heuheu. Tapi kalau tetap mau coba sih terserah. Ini cuma saran saja.

Lanjut.

Untuk kali ini, kami sapakat memesan sepaket shabu-shabu untuk dinikmati bersama dan beberapa menu lain untuk memenuhi selera masing-masing. Saya memesan crispy chicken steak with black pepper sauce --alias steak ayam kriuk saus lada hitam-- dan es jeruk.

Sari Bento Pontianak
shabu-shabu ala Sari Bento Pontianak

Sari Bento Pontianak
Ini pesanan saya. Nasinya tidak nampak.. hehe

Untuk rasa, menurut saya bolehlah. Cocok di lidah saya. Paling-paling steak ayam lada hitamnya yang agak kurang memuaskan --tidak sepedas yang saya harapkan, porsi sayurnya terlalu sedikit, dan kering (bikin seret). Untung ada shabu-shabu, jadi agak basah karena nyeruput kuah.

Selain steak ayam, saya juga ada cicip udang bakarnya, enak. Tapi di antara semua pesanan, yang jadi favorit saya tetap shabu-shabunya. Kuah kaldu memang cocok untuk menggugah selera makan. Apalagi diseruput panas-panas. Nyam. Berhubung kami sekeluarga tidak biasa makan daging mentah (walaupun jujur saya pengen coba kapan-kapan), jadi daging dimasak sampai matang.

Nah, kalau untuk harga, ini nih yang bikin berasa agak berat buat sering singgah ke resto ini. Hihihi. Murah dan mahal memang relatif ya, ini maksudnya untuk memberi gambaran saja. Per Desember 2016, steak ayam nya seharga 47 ribuan per porsi. Klo steak sapi bisa sampai 100 ribu lebih per porsi. Shabu-shabu sekitar 80 ribuan per porsi, ramen 28 ribu per porsi, cumi berkisar antara 30-50 ribu per porsi, udang antara 37-70 ribu per porsi, ayam 17 ribu per potong, nasi putih 7 ribu per porsi, dll. Susah mau disebutin satu-satu, tapi kira-kira gitu segitu deh..

Tapi tenang. Di daftar menunya jelas tertera harga tiap sajian, kok, jadi kita bisa mengira dan menyesuaikan pilihan makanan yang sesuai dengan bujet, jadi ndak kaget waktu membayar. Untuk pembayaran, kita perlu ke meja kasir yang berada di dalam gedung, dekat pintu masuk. Agak Ribet.

Apa lagi ya? Hmm, saya kira sudah semua. Semoga catatan ini bermanfaat sebagai referensi buat pembaca blog ini. Sampai nanti yah. Daah..