1.02.2016

Tetangga, oh, Tetangga

Punya tetangga yang baik itu adalah salah satu nikmat dan punya tetangga yang buruk itu adalah salah satu cobaan berat. Beneran deh!


Di subuh-subuh ini saya terilhami menulis tentang tetangga sekitar rumah orang tua saya gara-gara ada tetangga yang ribut tertawa-tawa di teras rumah sampai jam 3. Saya yang sehat saja tidak bisa tidur dibuatnya, apalagi Mama' saya yang punya riwayat darah tinggi, coba..

Alhasil, di subuh-subuh buta, Mama' keluar rumah - buka gembok pagar - lalu melabrak 4 anak muda yang duduk di teras rumah yang sekarang dijadikan kantor terselubung itu - aka rumah yang dijadikan kantor tapi tanpa plang kantor. Mama' mengancam akan melaporkan kelakuan mereka kepada RT kalau melakukan sekali lagi. Iya, LAGI. Ini bukan yang pertama, tapi sudah kedua kalinya penghuni kantor tidak jelas itu membuat kegaduhan di komplek kami. Dulu dengan cara menggeber mesin motor vespa berjam-jam lamanya. Sama, di subuh hari buta juga, kurang lebih sama seperti malam ini. Sangat mengganggu. Seolah kegiatan memanaskan mesin kendaraan tidak bisa dilakukan di pagi hari waktu semua orang sudah bangun. Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka. Waktu itu Mama' juga melabrak mereka. Tapi ya dasar bebal, diulang lagi. Heran..

Sebenarnya mereka bukan tetangga satu-satunya yang aneh di mata saya. Kalau di malam hari tetangga yang itu ribut, kalau di pagi sampai siang hari, tetangga yang satunya lagi yang bikin ribut. Entah apa yang ada di benak tetangga yang tinggal tepat di depan rumah orang tua saya itu, belakangan ini menyalakan radio nyaring sekali. Beneran, nyariiing sekali. Dua hari ini malah memutar ayat suci Al Qur'an sepanjang pagi sampai siang. Kalah deh pengeras suara masjid. Eh tapi masjid kan memang rumah ibadah, pun toa dinyalakan ke arah luar kalau adzan sholat 5 waktu dan takbiran hari raya saja. Yang lucu, kadang suara radionya mengecil, tapi kalau ada salah satu anggota keluarga kami keluar-masuk rumah, suara radio kembali mengencang. Apa maksudnya, hanya Allah dan mereka yang tahu. Cuma heran saja sih, kok ada tetangga seperti ini. Maksud saya, tetangga mereka kan bukan hanya kami. Apa tidak kasihan dengan tetangga lain dan anggota keluarganya sendiri. Di rumah kami yang berjarak saja nyaring, apalagi di samping kiri kanan atau di dalam rumah? Nggak ngerti deh.. -_-

Saya juga pernah baca kalau tilawah qur'an sebaiknya dibuka kecil saja, untuk menghindari orang lain berdosa karena tidak duduk mendengarkan tilawah dengan khusyuk. Seorang muslim memang wajib diam kalau mendengar tilawah, bahkan harusnya tidak hanya menjadi pendengarnya, melainkan yang mengaji dan membaca terjemahannya. Tapi kalau memaksakan orang lain mendengarkan ayat qur'an di waktu orang sedang mengerjakan hal lain, kan, malah tidak bagus. Kita yang sesama muslim saja bisa merasa terganggu karena sadar dengan kewajiban menghayati ayat suci Al Quran dan jadi tidak tenang melakukan aktivitas. Apalagi non-muslim kan ya? Bisa-bisa tetangga yang non muslim malah merasa tidak nyaman, syukur kalau tidak benci..

Sebenarnya, kebiasaan menyaring-nyaringkan radio tilawah ini adalah kebiasaan baru tetangga kami yang itu. Kami berbaik sangka, mungkin radio baru. Tapi mengingat kebiasaan lamanya pergi malam pulang subuh, itu agak aneh.. Dan mengganggu, tentu saja.

Ada juga tetangga lain yang unik, yang dari jaman dulu suka angin-anginan kalau menyapa. Angin-anginan nya ini benar-benar angin-anginan. Kalau mau menegur, kesannya seperti dekaaat sekali dan lama tidak berjumpa. Tapi kalau sedang tidak mau menyapa, muka pun dibuangnya. Ini bukan sekali dua kali, tapi siklus berulang. Bahkan ke orang tua saya juga begitu. Lucunya, saya kan berteman di facebook dengan tetangga saya yang ini, ~eh tiba-tiba pertemanan dengan saya dihapus dan diblokir, padahal saya tidak pernah bikin status macam-macam atau komentar macam-macam. Maksud saya, iya kalau saya begitu, saya tidak heran, bisa jadi yang bersangkutan meng-unfriend dan memblokir karena tersinggung. Tapi ini? Waktu itu bikin status atau mengunggah foto saja jarang. Malah Kakak yang lebih "galak" kalau bikin status tidak dihapus. Dulu pernah kepikiran sih, memang salah saya apa ke mereka. Tapi sekarang bodo amat. Saya malah bersyukur karena tidak perlu tidak enak hati pas ketemu. Lah kan bukan saya yang unfriend tanpa sebab. Anggap saja saya tidak tahu kalau sudah di-unfriend atau diblokir. Dulu pun tahunya tidak sengaja, dan kebetulan memang tidak dekat, jadi kelakuan seperti itu tidak berpengaruh signifikan dalam kehidupan saya. Untuk menghadapi orang seperti ini, kata Mama', tarian mengikuti gendang saja, dek. Kalau mereka mau negur, dibalas. Kalau tidak juga dimaklumi saja, sudah biasssa. Cuma kan aneh ya, bingung mau setel muka ramah atau datar, hhihi. Aneh nggak sih? Atau saya yang aneh? Ah sudahlah.. xD

Intinya, teman-teman, bersyukurlah kalau teman-teman punya tetangga yang baik, karena tetangga adalah keluarga terdekat kita. Kalau ada apa-apa, tetangga lah yang membantu. Tapi kalau sedang tidak beruntung seperti keluarga kami, yang kebagian tetangga-tetangga aneh seperti yang saya ceritakan di atas, ya ambil hikmahnya saja. Mungkin Tuhan mengingatkan agar kita tidak seperti mereka, karena sudah tahu rasa tidak enaknya punya tetangga aneh. Mungkin ini cara Tuhan melatih kita menjadi tetangga yang baik di kemudian hari, yang minimal tidak mengganggu kalau tidak dapat membantu. Semoga bisa lulus ujian yaa, aamiin..

Buat yang senasib dengan keluarga kami, ada satu yang sepertinya harus selalu kita ingat (terutama saya yang pelupa ini), bahwa selain mereka yang suka aneh-aneh, sebenarnya banyak juga tetangga-tetangga baik yang kadang lupa kita syukuri. Dan harapan terbaiknya, semoga tetangga yang aneh segera sadar dengan keanehannya. Aamiin. hehe

Eh, tak terasa sudah adzan subuh. Sudah dulu ya temans, nanti saya sambung lagi. Salaam!