1.25.2016

Dunia Penuh Warna

Tanpa mengecilkan kesulitan yang dialami para pria, saya sependapat bahwa jadi perempuan itu punya tantangan sendiri, yang mungkin agak sulit dipahami lelaki.

(sumber gambar: forbes.com)

Berbeda dengan dunia lelaki yang terkesan keras, dunia perempuan itu memang terlihat lebih lembut dan keibuan, tapi aslinya sama saja, keras. Dari kecil sampai dewasa, kehidupan perempuan lebih mudah bergejolak oleh hal-hal yang dipicu perbedaan pendapat antar wanita. Sebut saja perang opini antara yang belum menikah dan yang sudah berkeluarga, yang total anti-makeup dengan yang makeup mania. Naik level ketika sudah menikah, topik yang paling hangat adalah topik ibu pekerja versus ibu rumah tangga, ASI versus susu formula, lahiran normal versus operasi ceasar, punya anak versus belum punya anak, bla bla bla. Bahkan urusan makan bubur diaduk atau tidak diaduk pun bisa jadi bahan debat. Penuh kontroversi. Padahal setiap orang punya cerita dan latar belakangnya masing-masing.


Saya sendiri, punya cerita yang berbeda. Mungkin tidak semenarik cerita orang lain tapi juga tidak spesial. Biasa saja. Anehnya semakin sekarang, saya mulai bisa menikmati kisah yang biasa-tapi-tidak-sama itu. Saya punya cerita sendiri, dan orang lain juga. Ini yang berusaha saya ingatkan kepada diri. Kita harus menghargai semuanya.

Sebenarnya pemahaman sederhana ini baru saya dapatkan setelah waktu yang panjang. Selama ini hanya sekadar nasihat, yang kenyataannya sulit untuk dimengerti sepenuhnya kalau tidak dialami sendiri. Pemahaman ini mulai saya sadari sejak aktif menulis di blog ini. Tepatnya pasca saya mengalami keguguran anak pertama di bulan Agustus 2013 lalu. Menulis di blog merupakan salah satu cara Allah menyelamatkan saya dari depresi pasca keguguran yang saya alami. Sejak itu, saya rutin menulis untuk kesenangan pribadi, melepaskan pikiran, rekreasi. Sekarang, selain tujuan-tujuan tersebut, saya masih berproses untuk menjadi blogger yang lebih berguna lewat tulisan-tulisan saya, meskipun hanya sedikit, atau hanya dapat dirasakan oleh segelintir orang. Itu membuat saya bahagia.

Saya tidak berharap orang lain memahami atau menyukai saya, terutama karena saya memiliki kepribadian dengan jumlah populasi terkecil di dunia. Saya berusaha menerima ini. Dengan menyadari ini saya tidak perlu berpura-pura menjadi orang kebanyakan, belajar untuk menjadi diri sendiri, dan pada akhirnya, menerima diri sendiri. Sampai di sini saya baru mengerti maksud Mira Sahid (pendiri grup Kumpulan Emak Blogger), yang berkata "Tetaplah menulis maka kamu akan tahu siapa dirimu". Aktivitas menulis, termasuk menulis di blog, memang merupakan salah satu cara sadar dan mawas diri. Saya bersyukur telah terjerumus dalam dunia per-blog-an yang menyelamatkan saya dari depresi lewat terapi menulis. Lebih bersyukur ketika bergabung dengan blogger-blogger lain yang berjiwa positif.


Salah satu tempat yang membuat saya nyaman adalah Kumpulan Emak Blogger (KEB). KEB adalah komunitas blogger yang pertama kali saya ikuti. Tepatnya bulan  April 2014 lalu, saya berkenalan pertama kali dengan komunitas yang penuh warna, penuh karakter, dan juga memiliki beragam cerita unik. Sarat dengan pemberdayaan perempuan. Meskipun belakangan saya merasa agak kerap terjadi percikan perang opini antar wanita yang membuat tidak nyaman, perkenalan virtual saya dengan banyak blogger wanita yang berprestasi dari beragam latar belakang membuat saya termotivasi menulis hal-hal yang tidak hanya bermanfaat bagi saya tapi juga bermanfaat bagi pembaca blog ini. Saya juga ingin berkarya dan berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.


Sampai sekarang saya belum pernah berkumpul ataupun bertemu langsung secara offline dengan para emak blogger, dan tentu berharap dapat berjumpa suatu saat nanti. Meski demikian, dengan ini saya ingin mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke-4 untuk KEB tercinta. KEB telah mewarnai dunia saya. Semoga KEB semakin jaya dan tetap mendorong para wanita Indonesia untuk berkarya dan berubah menjadi lebih baik dengan caranya masing-masing, dengan segala perbedaan yang ada. Aamiin.