8.08.2015

Baju Biru

Hari ini, ya, hari ini, tepatnya malam ini. Usai mandi sore, saya memberanikan diri melakukan sesuatu yang selama ini saya hindari: memakai baju dress katun berwarna biru. Hal yang sederhana dan mungkin terlalu berlebihan bagi orang lain, tapi ini merupakan langkah besar untuk saya.


Baju ini adalah pemberian kakak sekitar 2 atau 3 tahun lalu. Waktu itu kakak masih berdomisili di kota Sambas, Kalbar. Bahan ataupun modelnya tidak terlalu istimewa: gaun kembang payung tanpa lengan dari kain katun bermotif abstrak dengan pengikat yang bisa disesuaikan di bagian pinggang. Meski begitu, saya yang pencinta rok model kembang sangat suka memakai baju ini untuk sehari-hari. Apalagi bahan katun kan menyerap keringat dengan baik.

Yang membuat baju ini istimewa buat saya adalah momennya. Baju ini adalah baju yang sangat sering saya pakai di rumah saat hamil dulu. Dengan tubuh yang makin hari makin melar karena hamil, bahan dan model nya membuat saya merasa nyaman menggunakannya untuk sehari-hari. Tak jarang juga saya menerima tamu dengan baju rumah ini. Tinggal ditambah cardigan katun dan celana panjang hamil, plus jilbab tentunya.


Sejak melahirkan hampir 2 tahun lalu, saya tak lagi mengenakan baju ini. Pernah beberapa kali, tapi segera saya ganti karena rasanya tak kuat. Memakai baju yang sangat sering digunakan hanya saat hamil mengingatkan saya kepada momen-momen indah yang saya rindukan, kepada dia yang lama dinanti namun tak pernah dapat saya peluk. Memakai baju tersebut membuat saya sedih. Bukan karena tak bersyukur, saya hanya tak mampu menahan rindu.

Sejak hampir 2 tahun, momen kehamilan yang sampai hari ini belum berulang, masih cukup rapi di ingatan. Bebauan, suara, foto, dan batang-barang remeh seperti baju biru yang sudah buram warnanya karena keseringan dicuci ini, bisa serta merta membuat saya biru. Bukan di tubuh, tapi di hati.

Tapi hari ini saya berusaha. Meski baju lain sudah dicuci wangi dan disetrika rapi, saya beranikan memakainya. Saya rindu ananda. Ia mungkin tak di sisi, kami bahkan tak sempat merawatnya, tapi kenangan kehadirannya akan selalu ada di hati saya.

Lewat baju biru ini, saya bernostalgia.