12.27.2014

Bola, Hujan, dan Mie Aceh

(sumber gambar: tunnel.ru)
Di saat kebanyakan orang pergi berlibur ke tempat-tempat rekreasi, saya dan Kanda tetap melakukan rutinitas yang baru kami mulai beberapa hari belakangan ini: olahraga pagi. Tapi hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Hari ini kami lebih santai. Kanda juga tidak joging, melainkan berjalan beriringan dengan saya mengelilingi lapangan bola di stadion kampus.

Total langkah hari ini kurang lebih 2000 langkah karena hanya mengelilingi lapangan bola sebanyak 4 kali. Jauh berkurang dari kemarin. Saya tidak menyesal, karena memang tujuan saya jalan pagi hari ini adalah melepaskan penat pikiran. Bosan, tapi malas sekali harus bermacet ria hanya untuk liburan. Jalan kaki cukup menghibur. Jadi untuk hari ini, jumlah langkah kaki adalah bonus.

Alhamdulillah cuaca teduh walaupun turun dari rumah agak siang. Setelah jalan, kami hanya duduk-duduk saja di bangku stadion. Hari ini jauh lebih ramai dari kemarin. Lapangan bola terlihat dipersiapkan untuk pertandingan bola. Ada kelompok anak remaja putra berseragam bola terlihat di berbagai sudut lapangan. Ada kelompok-kelompok kecil suporter di bangku stadion. Ada juga yang seperti kami, yang bukan suporter, bukan panitia, dan bukan pemain. Kami penikmat udara pagi ini. ^^

Hari semakin siang namun udara tidak bertambah terang. Teduh, malah. Mendung.

Kanda mengajak saya menonton pertandingan. Saya mengiyakan. Sudah lama tidak nonton bola. Begini-begini saya juga pernah jadi penggemar bola, jadi sedikit banyak tahu dengan serunya pertandingan bola..

Tepat ketika wasit meniup peluit sebagai tanda pertandingan dimulai, air dari langit turun ke bumi. Awalnya tetesan halus dan bisa diacuhkan, tapi lama kelamaan hujan turun cukup deras. Para penonton (termasuk kami) terpaksa pindah ke pelataran Gymnasium, berdiri sambil menjulurkan pandangan ke sela-sela pohon rambutan pendek di halaman Gym yang menutupi serunya pertandingan bola yang berlangsung. Heran juga, kenapa harus rambutan pendek yang ditanam berjejer di muka pintu Gym. Benar-benar menghalangi pemandangan.

Menunggu hujan selalu membuat lapar. Rencana awal adalah makan bubur kuah soto yang dijual di depan Al-Amin Bara. Berhubung hujan tak juga berhenti sedang perut bertambah lapar, Kanda membelikan roti untuk mengganjal perut. Alhamdulillah.

Karena bosan berdiri, udara semakin dingin, semakin banyak orang yang berteduh, dan tempias air semakin wow, kami pindah ke teras depan Gym melalui Gym. Ini pertama kalinya kami masuk Gym. Setelah di luar, kami duduk di dekat jendela sebentar, licin, lalu pindah ke tangga naik. Kotor sih, tapi capek berdiri. Sambil menunggu kami menghibur diri dengan berbagai percakapan. Dari yang serius sampai yang banyolan.

Hujan sepertinya betah membasahi tanah Bogor. Sekitar pukul 11 hujan baru reda sedikit dan kami bisa berjalan ke masjid untuk mengambil motor. Keluar dari kampus menuju Bara. Lapar! Singgah di warung mie aceh langganan, ternyata baru buka. Kami jadi pelanggan pertama. Tiba di rumah kami langsung tertidur. Lelah juga ternyata, menunggu hujan hari ini.