9.11.2014

Sepeda 468

Pagi menjelang siang, saya minta antar Kanda ke kampus untuk menemui kedua dosen pembimbing saya untuk mengambil koreksian makalah seminar dan konsultasi. Jadwal sidkom kedua saya masih belum jelas. Entahlah. Sebenarnya ada rasa sedih, tapi tidak boleh sedih berlama-lama. Jadi dibawa senyum saja.


Kanda sepertinya mengetahui kegundahan saya. Saya yang tinggal wanita satu-satunya dari angkatan kami yang belum lulus, bahkan sidkom pun belum. Saya yang belum lulus tapi sudah tidak betah dan ingin segera pulang kampung. Saya yang ingin berlebaran di rumah. Saya yang sering merasa terasing. Oke, untuk yang terakhir ini memang bawaan dari kecil. Tapi begitulah.

Saya tahu Kanda berusaha keras menyenangkan hati saya seperti biasa. Setelah sholat dzuhur di kampus, Saya diajaknya makan siang. Kebetulan perut kami sudah lapar berat karena hanya sarapan teh dan biskuit. Kanda pesan i fu mie, sedangkan saya pesan lo mie. Usai makan, badan kembali bertenaga. Kanda yang ingin mencari buku di LSI mengajak saya sekalian bersepeda ria dengan sepeda kampus. Ya, di kampus kami memang ada fasilitas peminjaman sepeda. Karena dari Bara, kami meminjam sepeda di shelter GWW yang merupakan shelter terdekat.

Sudah lama saya tidak bersepeda santai. Apalagi belakangan anak-anak kecil di sekitar kontrakan kami sedang heboh dengan sepeda. Saya jadi mupeng. Makanya saya senang sekali Kanda ajak naik sepeda. Setelah menuliskan nama di daftar peminjam, kami pun menggowes sepeda pinjaman masing-masing. Sepeda Kanda bernomor 320 sedangkan saya 468. Tujuan utama kami adalah LSI, tapi saya meminta Kanda berkeliling dulu sebelum ke LSI. Saya perlu refreshing dan kebetulan hari ini saya menggunakan celana denim yang nyaman digunakan untuk bersepeda, bukan rok yang sering nyangkut di rantai dan bikin susah nyucinya, heuheu.. Awalnya Kanda keberatan karena matahari sedang terik. Maklum masih siang, pukul 13.10. Tapi karena saya agak memaksa, Kanda ingat ada rute yang agak teduh, yaitu di sekitar fakultas kehutanan, maka kami pun bersepeda melewati shelter LSI.

Kanda bersepeda di depan saya karena saya tidak terlalu kuat mengayuh. Di dekat belokan parkir motor, jalan menanjak, membuat kaki kesulitan mengayuh. Kampus kami memang berkelok dan bergelombang. Seru bersepeda di jalan seperti itu. Ketika tanjakan sulit sekali, ketika turunan begitu menyenangkan karena tidak perlu susah-susah mengayuh.

Saat melihat Kanda dari belakang, saya tersenyum-senyum sendiri. Terhibur sekali melihat gayanya yang bersemangat mengayuh pedal yang berat melewati tanjakan. Saya juga harus bisa. Hup! Saya pun mengayuh sepeda sekuat tenaga. Alhamdulillah sampai di puncak tanjakan. Saatnya turunan, yey!

Di turunan itu, karena kami menuju fahutan maka kami harus berbelok ke kanan. Berhubung biasanya melalui rute lurus (arah menuju masjid Al Huriyyah), saya jadi kurang persiapan saat belok, padahal jalannya menurun. Alhasil laju sepeda terlalu berlebihan saat berbelok. Setidaknya itu menurut saya. Saya bukan tipe yang senang kebut-kebutan sehingga kecepatan terlalu tinggi membuat saya agak panik. Mungkin karena saya tidak kidal, saya otomatis mengerem dengan tangan kanan. Lupa dengan sepeda pinjaman yang saya gunakan memiliki rem yang terlalu pakem di sebelah kanan (rem ban depan). Sedikit sentuhan, dan ...

BRRRRRRRUK!!

Saya pun jatuh dari sepeda dan mendarat sempurna di tanah dengan posisi kedua lutut dan kedua telapak tangan menempel di tanah. Entah bagaimana proses jatuhnya sampai berposisi seperti itu. Yang saya ingat pasti, saat hampir jatuh posisi saya bisa melihat ban depan yang menjadi tumpuan sementara ban belakang dan saya yang masih duduk di sadel terangkat dari permukaan tanah. Terbang.

Saya meringis. Agak malu juga karena rupa-rupanya ada pengendara sepeda motor di depan kami yang melihat saya "terbang dan jatuh". Syukurlah orang tersebut baik, malah menanyakan keadaan saya dan membantu Kanda memindahkan sepeda saya ke pinggir jalan.

Agak perih di lutut dan telapak tangan saya merah, tapi denim yang saya gunakan tidak sobek dan telapak tangan saya tidak berdarah, jadi saya asumsikan tidak masalah. Juga tidak ada kendaraan atau pengguna jalan lain yang saya celakai dan sepeda pinjaman tidak rusak. Alhamdulillah, alhamdulillah. Kanda terlihat khawatir, tapi saya mengajak melanjutkan perjalanan karena sebenarnya agak panas di tengah jalan, dan malu juga setelah jatuh. Hehe..

Sesampainya di fahutan yang teduh, saya minta berhenti. Setelah jatuh tadi sepertinya tenaga saya tiba-tiba drop. Tangan saya rupanya gemetar. Maka saya pun turun dan minum air putih yang saya bawa dari rumah. Setelah itu saya diajak Kanda ke arboretum faperta, saya oke. Sambil mendorong sepeda, kami menaiki beberapa tangga. Udaranya segar dan teduh di dalam arboretum tersebut. Dan kebetulan, serasah di lantai arboretum disapu ke arah pohon -entah oleh siapa-. Kesan bersih itu membuat kekhawatiran saya tentang ular menjadi berkurang. Kami lalu memutuskan menyandarkan sepeda pinjaman yang tidak punya standar kaki itu ke lantai (kemudian disandar ke pohon setelah ada mahasiswa yang lewat karena bikin sempit jalan). Kami duduk di lantai arboretum yang disemen dengan dialasi kertas agar tidak kotor, bercerita ringan dan menyantaikan diri sampai gemetar di tangan saya hilang.

Tidak terasa waktu berlalu. Sekitar pukul 2 siang kami kembali menggowes sepeda. Kali ini arahnya tepat, LSI. Di sana hanya Kanda yang masuk perpustakaan untuk mengecek buku, sedangkan saya mematut diri di papan pengumuman, tertarik pada seminar yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Kanda lalu keluar dan kami kembali meminjam sepeda di shelter LSI untuk ke GWW. Kanda kembali menggunakan sepeda bernomor 320 dan saya 468. Hati-hati dan perlahan saya menggowes sepeda, sampai tertinggal agak jauh dari Kanda. Setiba di shelter dan mengembalikan sepeda, kami berjalan kaki menuju ke Bara. Kanda menawarkan jus buah, menghibur saya yang masih syok. Kami juga beli buku. Setelah membeli jus kami belanja sayur, lalu pulang ke rumah.

Tiba di rumah, lutut dan telapak tangan saya bersihkan dengan revanol. Ada sedikit luka dan memar di lutut kiri dan betis kiri saya. Perut agak tegang, tapi sepertinya karena kaget. Pegal-pegal pun bermunculan. Semoga badan yang sudah mulai pegal malam ini (karena lama tidak bersepeda) segera kembali fit. Biar bisa bersepeda ria lagi. Yey!!

Oya, gara-gara kejadian tadi siang, malam ini saya jadi teringat kembali sebuah quote tentang sepeda..


Terus bergerak, dan jangan lupa hati-hati saat turunan yang melenakan... ;)  hehe  #hikmahhariini