4.12.2014

My Unforgettable Journey : Fieldtrip Jogja Hari Pertama


Ini adalah cerita saya dan teman-teman ARL waktu field trip di kota Jogja akhir tahun 2011 silam. Berangkat dari Kota Hujan ke Kota Gudeg pada tanggal 6 Desember 2011.
Saya ingat tanggalnya karena tanggal 6 Desember adalah hari ulang tahun Kakak saya yang sedang jauh di seberang lautan.


Kami ber-18 plus seorang assisten praktikum naik bis antar kota yang sudah dipesan sebelumnya. Dosen dan assisten lain menyusul di hari berikutnya karena ada jadwal yang padat. Jadilah kami bersembilan belas memulai perjalanan. Hari cerah sore itu, tapi saya dan Kanda tidur di sepanjang awal perjalanan. Minum obat anti mabuk, antisipasi supaya tubuh tetap fit setelah perjalanan panjang dengan bis, soalnya kan acara intinya praktikum lapang.. :p

Sebelum sampai di kota Jogja, mata saya sudah segar kembali. Mungkin sudah kebanyakan tidur. Oh iya, saya sempat bikin puisi-puisian, bisa dilihat di sini. Hehe


Tiba di Jogja sekitar pukul 4 di hari berikutnya, 7 Desember 2011. Kami diturunkan di persimpangan apa, kurang tahu di mana. Terus jalan kaki sampai masjid untuk sholat subuh dan kemudian naik angkot umpek-umpekan sama teman-teman. Anehnya, cukup. :D


Kami turun di Jalan Malioboro lalu jalan kaki lagi memasuki salah satu gang yang cukup lebar di jalan ternama tersebut, menuju penginapan yang sudah dipesan sebelumnya. Kata teman saya banyak penginapan murah di Jogja, soalnya kan kota wisata. Penginapan kami sendiri cukup murah bagi kantong mahasiswa, kalau tidak salah sekitar 50 ribu per malam per kamar. Satu kamar bisa dua orang..


Teman-teman berbagi kamar, yang cewek sama cewek, yang cowok sama cowok. Hanya saya yang kebagian kamar dengan cowok. Iyalah, kan suami saya juga mahasiswa ARL.. hihihi.. Sebagian dapat kamar di atas, sebagian lainnya di bawah. Saya dan Kanda dapat kamar di lantai dua, paling ujung dekat teras atas. Ukuran kamar tersebut seperti kamar tidur biasa, tampilan penginapan itu juga seperti rumah biasa, tapi cukup nyaman. Ada tempat tidur ukuran double, lemari kecil di samping tempat tidur, gantungan baju, cermin kecil yang nempel di dinding, dan kipas angin gantung. Ada kamar mandi pribadi pula. Sip kan?

Sayang tidak ada fotonya..

Usai mandi dan beberes, badan terasa lebih segar. Kami semua lalu berkumpul di ruang tamu penginapan yang lebih mirip rumah itu. Briefing.

Berhubung field trip kali itu mencakup berbagai lokasi di Jogja dan sekitarnya maka jadwal kami sangat padat. Enam lokasi dalam 2 hari. Sebenarnya kami terbagi dalam 6 kelompok yang masing-masing tim terdiri dari 3 orang dengan tiap kelompok punya lokasi studi yang berbeda. Awalnya diusulkan untuk berangkat masing-masing, tapi demi kemaslahatan bersama maka diambil keputusan agar semua tim membantu tim lain dalam pengumpulan data. Biar cepat. Baru nanti untuk pengolahan data dilakukan oleh tim masing-masing.

Pembagian kerja dan briefing akhirnya selesai. Untuk hari pertama akan dilakukan pengamatan di 3 lokasi yaitu Kampung Kauman (tim 4 : Jo, Deb, Bu Femi) + Keraton Jogja, Kasongan (tim 1 : Pak Guriang, Ochi, Ariev), dan Candi Prambanan (tim 2 : Kanda, Icha, Mba Roosna). Katanya kalau tidak ada aral melintang setelah itu akan dilanjutkan di Jalan Malioboro (tim 6 : Saya, Artum, Anggi), sekalian jalan-jalan di malam hari. Intinya yang dekat diselesaikan dulu.. Karena besoknya jadwal ke lokasi lain yang jaraknya lebih jauh seperti Kali Code (tim 3 : Arkham, Vina, Dedi), Gunung Merapi (tim 5 : Rio, Wiwiek, Presti) dan Parangtritis untuk melihat Sand dunes.

Hampir pukul delapan pagi, kami mulai perjalanan. Jalan kaki dari Jalan Malioboro ke Kauman. Takjub saya dengan pemandangan rumah-rumah yang berhimpitan satu sama lain. Oh ya, warga Kauman cukup bersahabat dan ramah. Kami menyelesaikan kuisioner dengan baik.




Setelah Kauman kami sepakat makan dulu. Kebanyakan teman memilih makan gudeg, tapi karena saya tidak doyan gudeg maka saya, Kanda dan Rio makan nasi lodeh dan ikan. Setelah itu singgah sebentar ke Keraton Jogja, supaya lebih berasa Jogjanya. hee..


Usai dari Keraton Jogja, terjadi perpecahan kelompok karena miskomunikasi. Miskomunikasi seperti apa? Haha.. Cerita seru pun dimulai.. Saya menyebutnya "tragedi baby milo".. hehe

Jadi ceritanya si Uwik-uwik mengajak untuk segera beranjak mengingat hari sudah semakin siang. Beberapa orang bergerak meninggalkan keraton, yang lain ikut di belakang.

Kami -rombongan yang belakangan- tidak khawatir tersesat walaupun tidak ada satupun dari kami yang tahu arah tujuan selanjutnya. Kenapa? karena melihat Jo yang biasa ke Jogja berjalan kurang lebih 100 meter di depan kami. Uwik dkk memang sudah tidak kelihatan batang hidungnya, jadi kami ikuti Jo.

Atau lebih tepatnya, seseorang yang kami kira Jo.. Pria kurus berbaju warna biru mirip warna baju baby milo-nya Jo.. :p

Akhirnya, tentu tahu dong.. Yup! Kami tersesat. Untungnya karena tata ruang kota Jogja yang relatif mudah dihafalkan (dibanding IPB, hehe), kami bisa kembali ke simpang ujung Jalan Malioboro, yang ada patung kaki berwarna merah. Kami menghubungi teman yang ada di rombongan yang duluan, katanya mereka menuju ke Kasongan. Karena Kasongan berada agak ke luar kota maka kami disarankan langsung ke Prambanan saja agar tidak terlalu bingung. Tapi berhubung ada anggota tim Kasongan yang ikut tersesat bersama kami maka kami tetap ke Kasongan. Kasihan kan kalau sampai tidak tahu lokasi penelitian. Awalnya beliau ingin berangkat sendiri saja dan membiarkan kami meneruskan ke Prambanan, tapi tentu saja kami keberatan. Pergi bersama harus pulang bersama. Bukan begitu?

Setelah tanya-tanya orang, kami (yang berjumlah 7 atau 8 orang itu) naik bus trans Jogja dari shelter terdekat, ke arah ringroad selatan lalu naik bus kecil menuju Kasongan. Alhamdulillah, berhasil sampai di depan jalan masuk menuju Kampung Kasongan dengan selamat dan lumayan cepat. Kalau tidak salah malah kami duluan sampai dari teman-teman rombongan satunya. ^^  Kumpul lagi, yey!  Tapii, ternyata untuk sampai ke Kampung Kasongan kami masih harus jalan masuk lagi, lumayan jauh katanya. Padahal hari sudah semakin panas. Sudah siang.

Pak Guriang pun bertindak dengan menawar seorang supir mobil pick-up untuk mengantar kami ke dalam. Dengan apa? tentu saja dengan pick up! :D  Dan dengan ajaibnya kami bersembilan belas (sekali lagi) bisa cukup dalam 1 pick-up. Hahay





Sampai di Kasongan kami melihat pengrajin mengerjakan kerajinan keramik yang nantinya dijual sebagai suvenir di Kota Jogja, dan bahkan ada juga yang dikirim ke luar negeri. Macam macam modelnya. Setelah wawancara dengan beberapa responden selesai, semuanya beristirahat dan makan bakso, lalu sholat di masjid yang ada di sekitar daerah tersebut.

Bingung bagaimana kembali ke lokasi kami masuk tadi, beberapa teman mencari kendaraan. Tapi karena terlalu lama akhirnya yang tersisa di masjid berinisiatif untuk jalan kaki saja. Pas jalan kaki, Kanda beberapa kali mengangkat tangannya kepada kendaraan yang lewat, berharap ada yang bermurah hati membawa kami ke depan, hijacking, tapi berkali-kali juga gagal. Teman-teman sempat menertawakan kelakuan Kanda, tapi Kanda santai saja. Selembe, kata orang Pontianak... Eh, pas ada mobil polisi yang kursinya berantem, pak polisinya mau berhenti. Jadilah kami diantar naik mobil polisi. Malu, sedikit, tapi sangat merasa terbantu karena jalan kaki di tengah terik matahari benar-benar melelahkan. Gratis pula! hehe :D Jadi, alhamdulillah..


Sampai di depan gerbang Kasongan, kami lanjut naik bis lalu bus trans Jogja ke arah Prambanan. Beberapa teman yang tadi mencari kendaraan kabarnya sudah dalam perjalanan ke Prambanan juga. Sampai di shelter trans Jogja kami jalan kaki menuju pintu masuk Prambanan. Sambil menunggu yang lain datang, saya dan teman-teman sholat ashar. Setelah itu masuk ke situs Prambanan dengan membayar 20 ribu rupiah, kalau tidak salah. Saya membantu tim Prambanan mewawancara pengunjung dan pengelola. Sayangnya saat itu kami tidak dapat sekalian masuk melihat-lihat candi karena sedang dalam pemugaran karena gempa Jogja beberapa tahun sebelumnya.


Selesai di petang hari. Sudah hampir magrib. Kami tidak sempat melihat-lihat stand suvenir. Kami semua kemudian berjalan keluar kompleks candi menuju sebuah masjid besar yang ada di simpang jalan untuk sholat magrib. Beberapa teman menunggu sambil makan somai. Selanjutnya kami berjalan ke shelter, naik bus trans Jogja sampai shelter Malioboro lalu langsung makan malam di warung-warung makan yang tiba-tiba banyak di pinggir jalan Malioboro. Laparr...

Kelompok saya tidak jadi mengambil data hari itu.

Sampai di penginapan rasa lelah tiba-tiba menyergap tubuh, tapi masih ada agenda evaluasi bersama teman-teman tentang kegiatan seharian tadi, dilanjutkan diskusi dengan teman sekelompok. Usai bubar diskusi, saya langsung tertidur di kamar dengan lelap, eh, dengan suami yang juga lelap maksudnya. Lelah, tapi seru. Banyak pengalaman lucu dan berkesan yang sudah terlewati hari itu, dan hari-hari berikutnya juga. My another momento dulce! ^_^ ~alhamdulillah



*Foto-foto dari dokumentasi pribadi, Pak Guriang, Jo dan Rio.. :)