7.27.2013

Kekhawatiran Seorang Calon Bunda

Seiring semakin besar usia kehamilan ini, hati dan pikiran saya semakin tak karuan. Tentu ada rasa bahagia dan cinta yang besar, harapan besar seorang bunda untuk anandanya --dan seorang istri kepada kandanya, tentu saja--, perasaan penasaran dan tak sabar berjumpa, dan sebagainya..

Namun tetap saja ada perasaan-perasaan lain yang turut mengiringi. Rasa menjengkelkan yang harusnya pergi jauh dari pikiran ini...

Ada takut di sana... Akan apa? Entahlah, banyak...
Tak dipungkiri, ada ketakutan akan persalinan nanti. Prosesnya, sakitnya, biayanya, peluang hidup-mati kami...
Takut apakah setelah kelahiran nanti saya dapat menjadi bunda yang baik dan mampu mendidiknya menjadi anak sholeh...
Takut akan kemampuan dan kekompakan kami membimbing dan memberinya teladan sebagai orang tua...

Banyak yang saya khawatirkan...

Mungkin kekhawatiran yang tidak perlu dan tidak penting. Tapi saya merasa jadi kelewat sentimentil karena terpikir dan terpengaruh dan tenggelam sendiri di dalam pikiran-pikiran negatif itu. Bodoh!

Banyak yang harus saya persiapkan agar tidak merasa bodoh seperti ini. Banyak berdoa. Baca buku. Banyak sholat, sujud. Sedekah... Aaah... Betapa banyak yang bisa saya lakukan untuk membangun optimisme hidup, mempersiapkan mati. Daripada berkeluh kesah atau menangis sendiri di kamar.

Sekarang saatnya berpikiran positif! Saya seorang calon Bunda. Tidak boleh cengeng, tidak boleh lembek. Jadi harus semangat. SEMANGAT!!

Sebenarnya mungkin karena ada rasa sedih juga, membayangkan saya dan Kanda Syawal ini akan terpisah lautan ketika takbir berkumandang merayakan kemenangan umat islam yang sukses berpuasa Ramadhan. Perih. Tapi kata Mama, itulah perjuangan. Semangat, Yanet! Semangat, Jani! Dedek memerlukan orang tua yang tegar...

Tapi kalau boleh berharap, saya punya sedikit keinginan kecil bulan depan, kalau Allah berkenan. Mudah-mudahan nanti ketika Kanda pulang (semoga tesisnya sudah selesai), kami sempat berfoto bersama sebelum dedek lahir. Kami belum memiliki foto bersama ketika saya hamil ini. Lalu berdua mencoba mie ramen hangat... Saya juga rindu sholat berjamaah dengannya...

Semoga, insyaallah. Insyaallah!