10.14.2012

Cerita Tentang Kakak

Siang ini, dering hape memanggil saya. Terdengar suara si ujung sana yang sangat familiar namun belakangan jarang saya dengar karena sudah hampir setengah semester ini kami hanya kontak lewat sms. Bukan karena tak ingin saling mendengar suara kami yang menurut banyak orang hampir mirip, tapi karena kesibukan kami masing-masing...


"Assalamualaikum dek.." kata suara ramah itu.
"Waalaikumsalam, kakaaak.." jawab saya agak heboh. Kangen.
"Adek ape kabar? Sehat jak kan?" tanyanya.
"Alhamdulillah kakak sayang, kamek sehat-sehat ni. Kakak dengan Bang Pari ape kabar? Ih, syibyuk ye, suke tak balas sms adek!" jawab saya, dengan sedikit protes.
Kemudian kami bertukar cerita tentang hal-hal yang kami lakukan, tentang cuaca, tentang orang tua, tentang rencana berlebaran haji beberapa pekan ke depan, dan sebagainya.
~bla... bla... bla...

Di antara semua cerita itu, saya paling senang pada bagian kegiatan kakak sehari-hari. Sebagai catatan, Kakak saya bukan PNS dan tidak ingin menjadi PNS jika sistemnya masih seperti sekarang, katanya. Maka dari itu, beliau bulat memutuskan untuk membuka usaha sendiri (wiraswasta) beberapa tahun ini. Kakak dan suaminya berjuang lewat membuka usaha fotokopi dan jasa pengetikan di kota mereka tinggal sekarang, Sambas. Selain membantu menjadi ibu rumah tangga, Kakak juga membantu Abang dalam menjalankan operasional usaha mereka, plus mengajar privat. Nah, bagian mengajar privat ini sangat menarik. Soalnya, saat menceritakan kejadian-kejadian bersama murid-muridnya, suara Kakak terdengar lebih tinggi, ceria, lebih bersemangat dan penuh kebahagiaan. Saya, yang sebelum berkuliah di Kota Hujan ini juga pernah beberapa tahun membuka jasa les privat di rumah - mengikuti jejak Kakak yang lebih dulu memberi les - seketika merasakan kerinduan mengajar dan ikut bersemangat mendengarkan cerita Kakak.

Tentang seorang anak kecil yang tahun lalu terpaksa tinggal kelas (karena kemampuan dasarnya saat itu memang masih minim), yang saat ini diindikasikan menjadi korban bulling teman-teman dan guru, namun berhati lembut.. Tentang murid barunya yang bandel, namun pada akhirnya patuh kepadanya... Dan hal-hal lain yang pahit dan manis, namun sangat berkesan..

Ya, bukan materi yang ia cari, karena uang yang diperoleh dari mengajar privat di kota kecil seperti Sambas, sangat tidak bisa diharapkan. Kepuasanlah yang dicari saudari saya satu-satunya itu. Kepuasan akan rezeki yang berkah dari usahanya sendiri. Uang yang biasanya diperolehnya diputar kembali ke usaha MLM produk kecantikan dan perabotan plastik ramah lingkungan yang diikutinya sebagai usaha sambilan. Saya percaya (dan insya Allah) berbagai usahanya itu menghasilkan buah yang manis, baik secara materi maupun kepuasan batin. Aamiin, insya Allah..

Saya sangat berharap kebaikan atas keluarga Kakak, sisa usia, harta dan ilmunya. Barakallah, love you, as always, Kakakku sayang.. ... #Big hug from Bogor