3.25.2025

Moral Injury

Hari ini, saya iseng buka instagram. Salah satu reel yang cukup menohok adalah tentang seorang influencer yang menanggapi cerita salah satu follower-nya. 

Jadi ceritanya, follower-nya ini adalah seorang aparatur sipil yang mengalami pingsan saat menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bahkan setelahnya sampai rawat inap 4 hari. Lalu sang influencer pun menjelaskan tentang moral injury, alias luka batin karena perbedaan moral yang dipegang dengan yang dialami dalam kehidupan. Dalam kata lain, sistem yang berjalan tidak sesuai nurani. Penjelasannya cukup menohok karena sedikit banyak relate dengan apa yang dialami belakangan ini, meskipun syukurnya tidak sampai pingsan saat nyanyi..
[Reels terkait, bisa liat di sini]

Sebagai pegawai, moral injury yang saya alami datang dari banyaknya kasus orang dalam tidak kompeten dan liga korupsi di negeri sendiri. Rasa marah dan muak mengerogoti hati. Apalagi beritanya datang bertubi-tubi. Meskipun sebelumnya tahu negeri ini banyak korupsi, tapi baru sadar ternyata sudah parah sekali. 

Sebagai pendidik, saya selalu berusaha menekankan kejujuran dan kesabaran pada setiap pembelajaran kepada peserta didik di kelas yang saya ampu. Harapannya, setelah jadi alumni, mereka terbiasa jujur, bekerja dengan hati, jauh dari KKN. Tapi apa dinyana. Miris rasanya ketika kita mendidik generasi muda bahwa A adalah A; tapi di lapangan sama sekali berbeda. Ketika normalnya A adalah A, sama sekali bukan B, atau C; tapi karena dikorupsi, A bisa menjadi B, C, atau bahkan Z. Dapat berubah sesuka hati pihak yang korupsi. Karena kenyataan yang berbeda, padahal saya --yang ngajar-- tidak bohong, ada rasa sakit hati. Tapi saya bisa apa? Paling cuma curcol di diary.

Di lingkung yang lebih luas, moral injury yang saya alami datang dari pendudukan isrh3ll dan gen0sida yang makin menggila. Dan ini disaksikan (dan seperti diiyakan) oleh forum dunia yang senyap. Sebagai warga dunia, hati ini terasa hancur melihat kerusakan dan pembersihan 3tnis yang dilakukan oleh entitas serigala berbulu domba. Bukankah selama ini sudah sewajarnya nilai-nilai kemanusiaan yang diutamakan. Apalagi yang terjadi adalah okupasi. Tapi saya bisa apa? Paling cuma bisa ikutan boik0t produk progen0 dan ceriwis di akun pribadi.

Kalau dipikir-pikir, pantas belakangan ini rasanya lebih sering nangis sesengukan di atas sajadah. Dan emang saya doain sih mereka yang zolim itu, mengingat saya sendiri tidak bisa ngapa-ngapain. Doa adalah senjata. InsyaAllah dikabulkan. Apalagi ini bulan Ramadhan. Tunggu saja kalian!!

Kota Khatulistiwa, 25 03 25

Read more…

1.28.2025

Waktu Yang Tepat Untuk Membaca

Setelah sekian lama berkutat dengan novel Negeri 5 Menara karya A Fuadi, alhamdulillah akhirnya malam ini saya berhasil mengkhatamkannya. Yeey!


Keberhasilan membaca ini tidak lepas dari peran target bulanan yang saya set di awal bulan ini. Sebelumnya, saya kesulitan mencari waktu "yang pas" untuk menyempatkan membaca. Apalagi beberapa bulan belakangan ini kesibukan saya bertambah dengan lahirnya anggota baru keluarga kami. Jaga bayi kan memakan waktu, tenaga, dan emosi ya. Jadi untuk kenyamanan, saya lebih memilih nonton drakor daripada baca buku. Tinggal buka aplikasi, sambil tiduran udah bisa ketawa-ketiwi. Kalau baca buku, kan, harus di tempat terang dan dianjurkan dengan postur yang tegak, ya. Berhubung anak-anak saya tidurnya pakai lampu tidur yang redup, saya belum bisa seideal itu. Pernah nyoba baca sambil tiduran, tapi saya hampir selalu ikutan tertidur, hihi. Apalagi di masa mengASIhi sekarang, enakan tidur barengan sama bayi (ini terbukti secara ilmiah). Lupa deh sama niat mau baca buku setelah mengantarkan anak tidur, hihi. Alhasil niat membaca tak kunjung ada kemajuan. Segitu-segitu aja.

Nah, gara-gara bikin target tertulis di awal bulan ini, saya termotivasi juga untuk maju semampunya, biarpun sedikit. Kalau orang-orang yang pro, baca buku fiksi ringan, meskipun tebal, mungkin cuma perlu beberapa hari atau mungkin hanya beberapa jam saja. Tergelitik juga saya. Malu, udah seumur ini kecepatan baca lambat sekali. Pengen juga bikin target agak muluk, haha. Tapi mengingat kemampuan pribadi dan kondisi saat ini, saya mencoba berdamai sama diri sendiri. Satu bulan satu buku. (Konon, yaa, konon. Soalnya buku yang saya baca juga sebenarnya udah dibaca setengah jalan sejak tahun lalu, cuma majunya dikit-dikit bener. Tapi tak apalah, buat motivasi. Anggap pemanasan setelah sekian lama, hehe.)

Hampir sepanjang bulan ini, saya tak menjalankan misi membaca dengan baik. Lebih banyak bolos daripada melakukan. Ya saya sadar, soalnya di-track di bujo, heuheu. Kendala ini lebih karena tidak punya jadwal tetap ataupun rutinitas pemicu, sih. Ya misal kalau pagi, kan, jadwal tetapnya sholat subuh, pemicunya adzan subuh. Nah, salah satu dari ini selalu saya jadikan patokan untuk menunaikan mandi pagi. Maka tidak heran, selama usia anak bungsu saya yang hitungan bulanan ini, saya hampir tidak pernah bolos mandi 2x sehari, dan mandi paginya terhitung awal, pakai air dingin pula. Sesuatu banget. Sementara itu, untuk rutinitas membaca, saya masih meraba-raba waktu yang tepat. Makanya belum beres juga urusan ini. 

Tiap malam ngisi evaluasi di bujo, saya selalu menyesal. Apalagi ini udah di penghujung bulan. Mau sampai kapan..

Saya sangat sadar, rutinitas membaca harusnya jadi prioritas, karena otak perlu dikasih asupan bacaan supaya kosakata bertambah kaya, ide bertambah luas. Tapi sampai sekarang ini masih saja sulit dilakukan. Kalau membaca di pagi hari, saya merasa produktivitas jadi terganggu. Lebih baik mengerjakan pekerjaan yang memerlukan fokus tinggi karena energi masih banyak. Kalau malam menjelang tidur, suka kelewatan. Lebih baik tidur. Kalau dini hari, mendingan tahajud atau belajar kalau tidak tidur. Rasanya susah betul nemu waktunya. Baru beberapa hari belakangan, saya nemu urat gelinya. 

Kebetulan anak bayi saya punya preferensi pengantar tidur yang agak unik: suka digendong sambil dibawa jalan. Iya, kami tidak pakai ayunan. Berat memang. Biasanya badan saya jadi pegal-pegal. Tapi terdorong target membaca yang tenggatnya makin mepet, saya jadi mikir, sepertinya ini bisa dijadikan momen untuk membaca, deh. Lumayan kan, jadi tidak terlalu fokus sama pegalnya wkwk. Apalagi kalau dibarengi pakai smartwatch, bisa sekalian olahraga. Lumayan buat nambah jumlah langkah harian (walaupun cuma keliling rumah), dalam kata lain, membakar lemak menahun di tubuh ini. Huahaha. Dua tiga pulau sekali dayung. InsyaAllah.

Begitulah. Dengan milestone ini, saya harap semangat ini terekam dengan baik. Sengaja ditulis di sini supaya bisa dibaca sendiri kapan-kapan, dan siapa tahu ada teman pembaca yang merasa senasib dengan saya, lalu jadi bersemangat juga. Happiness only real when shared, kan..

InsyaAllah bulan depan bisa mencapai target lagi. Ganbatte!

Read more…